BI Turunkan Suku Bunga Jadi 5.75 Persen, Ekonom: Sinyal Positif

Jumat 17 Jan 2025 - 22:09 WIB
Reporter : Gale
Editor : Radian

BACAKORANCURUP.COM - Belum lama ini, Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menurunkan suku bunga BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5.75 persen. 

Tidak hanya itu, BI juga menurunkan suku bunga ending Facility sebesar 25 basis poin menjadi 6,5 persen. 

Menanggapi langkah BI ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa langkah penurunan suku bunga yang dilakukan oleh BI saat ini diharapkan dapat menjadi langkah yang dapat menurunkan suku bunga acuan. Dengan begitu, hal ini juga dapat berdampak positif kepada sektor perekonomian. 

"Harapannya, Cost of Fund dapat diturunkan supaya sektor perekonomian riil dapat berjalan," jelas Menko Airlangga di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, pada Kamis 16 Januari 2025. 

BACA JUGA:BLT BBM 2025 Mulai Cair, Berikut Jadwal dan Syarat Penerima

BACA JUGA:Pembaruan Penting: Panduan Aktivasi Kartu Telkomsel yang Terblokir - Januari 2025

Sementara itu menurut Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin memberikan sinyal positif bahwa BI mulai mengalihkan fokus dari hanya menjaga stabilitas nilai tukar menuju kebijakan yang lebih mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.  

Kendati begitu, Achmad juga menambahkan bahwa suku bunga 5,75 persen masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. 

"Ini mencerminkan tantangan besar bagi Indonesia untuk menemukan keseimbangan antara stabilitas nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi tanpa terlalu membebani perekonomian domestik," ujar Achmad ketika dihubungi oleh Disway.id pada Jumat 17 Januari 2025. Disway merchandise 

Selain itu, kebijakan tarif impor tinggi pada barang-barang dari negara berkembang juga cenderung meningkatkan indeks dolar AS secara signifikan dan menekan mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah. 

"Kebijakan semacam ini menciptakan ketidakpastian global dan berpotensi mendorong nilai tukar rupiah melemah hingga mendekati Rp 17.000 per dolar AS, sebagaimana diprediksi oleh beberapa analis pasar," ucap Achmad

Kategori :