BACAKORANCURUP.COM - Kerajinan kulit lantung memiliki sejarah panjang di Provinsi Bengkulu, terutama di kalangan masyarakat adat Rejang.
Bahan alami yang diambil dari pohon lantung ini telah lama dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari pakaian hingga aksesoris rumah tangga.
Namun, seiring perkembangan zaman, kerajinan ini sempat meredup. Kini, dengan meningkatnya kesadaran akan produk ramah lingkungan, kerajinan kulit lantung mulai bangkit dan berpotensi menjadi UMKM yang mendunia.
Apakah produk tradisional ini mampu bersaing di pasar global ? Mari kita simak kisahnya !
BACA JUGA:Sukatno Dukung Mahasiswa Dalami Ilmu Jurnalistik
BACA JUGA:KPU: Segera Urus Pindah Memilih
Kulit lantung merupakan bahan yang diambil dari pohon lantung, yang tumbuh subur di hutan-hutan Bengkulu.
Masyarakat adat di wilayah ini telah mengolahnya secara tradisional menjadi berbagai produk seperti tas, dompet, dan bahkan pakaian.
Proses pembuatannya pun unik dan ramah lingkungan, karena hanya melibatkan pengolahan manual tanpa bahan kimia berbahaya.
Hal inilah yang menjadi salah satu daya tarik utama kerajinan kulit lantung di tengah tren produk-produk ramah lingkungan yang semakin populer di pasar internasional.
Potensi kerajinan kulit lantung tidak hanya terbatas pada pasar lokal.
Produk-produk yang dibuat dari bahan ini memiliki daya tarik bagi konsumen yang peduli terhadap lingkungan dan mencari produk-produk yang berkelanjutan.
Selain itu, setiap produk kulit lantung memiliki corak dan tekstur yang unik, menjadikannya lebih bernilai di pasar internasional yang menghargai keunikan dan orisinalitas.
Meskipun kerajinan kulit lantung memiliki potensi besar, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada tantangan yang harus dihadapi para pengrajin dan pelaku UMKM di Bengkulu.
Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan akses terhadap pasar yang lebih luas, baik dalam skala nasional maupun internasional.