Baca Koran curupekspress Online - bacakorancurup.com

Waspada ! Fitur Media Sosial Ini Bisa Picu Ketergantungan pada Remaja

IST Pentingnya pola pembatasan media sosial bagi anak-anak dan remaja guna menghindari adanya ketergantungan--

BACAKORANCURUP.COM - American Psychological Association (APA) menyoroti bahwa sejumlah fitur dalam media sosial, seperti infinite scrolling yang membuat pengguna terus menggulir tanpa henti, serta notifikasi yang muncul berkali-kali dalam sehari, dapat membawa dampak berbahaya bagi remaja.

Menurut APA, desain tersebut memicu kecenderungan adiktif, terlebih karena otak remaja masih berada dalam fase perkembangan.

Kondisi ini membuat anak muda lebih sulit mengendalikan dorongan untuk terus menggunakan media sosial dan lebih mudah terdistraksi oleh rangsangan digital.

Mitch Prinstein, Kepala Sains APA, menjelaskan bahwa platform media sosial saat ini tampaknya memang dirancang agar pengguna, khususnya anak-anak dan remaja tetap terlibat selama mungkin.

"Kemampuan menahan impuls pada anak-anak tidak sekuat orang dewasa, sehingga mereka lebih rentan terjebak dalam pengalaman yang bersifat adiktif," ujar Prinstein, seperti dikutip dari NBCNews.

BACA JUGA:Hentikan Risiko Pneumonia pada Anak ! Ikuti Rekomendasi Dokter Respirologi Ini

BACA JUGA:Mayoritas Warga Indonesia Habiskan Rp100 Ribu per Bulan untuk Internet, Ini Temuan APJII 2025 !

Ia menegaskan bahwa dampak dari penggunaan media sosial yang berlebihan tidak hanya berhenti pada distraksi. Ketika waktu anak tersita untuk menggulir layar sepanjang hari, hubungan sosial tatap muka menjadi terganggu. Begitu pula waktu belajar, konsentrasi, dan yang sangat penting yaitu waktu tidur.

Prinstein menyebut lebih dari separuh remaja sudah menunjukkan setidaknya satu gejala kecanduan media sosial yang masuk kategori klinis, yang berarti pola penggunaan mereka sudah mengarah pada ketergantungan yang dapat mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari.

Untuk mencegah kondisi tersebut semakin meluas, Prinstein mendorong perusahaan teknologi untuk mengambil langkah serius. Salah satu rekomendasinya adalah mengubah pengaturan default akun bagi pengguna anak dan remaja. Misalnya, mematikan fitur endless scrolling, mengurangi intensitas notifikasi, serta meningkatkan perlindungan terhadap perundungan siber (cyberbullying) dan penyebaran ujaran kebencian.

Menurutnya, meskipun sejumlah platform media sosial telah memperkenalkan perubahan kecil, langkah-langkah tersebut belum cukup memadai untuk menjamin keselamatan dan kesehatan mental anak.

Walau demikian, Prinstein menegaskan bahwa perusahaan teknologi bukan satu-satunya pihak yang harus bertanggung jawab. Orang tua memiliki peran penting dalam mengarahkan kebiasaan digital anak. Salah satu langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah menetapkan aturan pembatasan penggunaan gadget di rumah.

Ia menyarankan agar aktivitas menggunakan perangkat digital dihentikan maksimal pukul 21.00. Cara ini dianggap efektif karena membantu anak dan orang tua mendapatkan waktu tidur yang cukup, sekaligus memberikan jeda dari rangsangan digital yang terus menerus.

Prinstein juga menekankan bahwa pembatasan akses media sosial tidak memberikan dampak negatif bagi anak.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan