Waspada ! Fitur Media Sosial Ini Bisa Picu Ketergantungan pada Remaja

"Kami belum menemukan data yang menunjukkan bahwa menunda atau membatasi penggunaan media sosial, misalnya hanya setengah jam hingga satu jam per hari, akan merugikan perkembangan anak," katanya. Sebaliknya, pembatasan dianggap justru dapat mendukung kesehatan mental dan keseimbangan aktivitas harian.

Meski setiap orang memiliki kebutuhan dan motivasi berbeda dalam menggunakan media sosial, ada beberapa pedoman yang dapat dijadikan acuan agar penggunaannya tetap sehat dan tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.

Dokter emergensi asal California Selatan, Joe Whittington, MD, menyarankan agar waktu layar untuk hiburan termasuk media sosial dibatasi kurang dari dua jam per hari. Menurutnya, penggunaan yang lebih terstruktur dapat membantu mencegah gangguan produktivitas, konsentrasi, dan hubungan sosial.

Whittington bahkan merekomendasikan teknik penggunaan bertahap. Misalnya, membatasi penggunaan media sosial menjadi sesi pendek selama 20 hingga 30 menit sebanyak tiga kali sehari.

Pola ini membantu pengguna tetap menikmati konten favorit mereka tanpa harus terus menerus terpaku pada layar sepanjang hari.

Pendekatan lain datang dari Shannon Bennett, PhD, Direktur Klinis di Center for Youth Mental Health, NewYork-Presbyterian.

Ia mengusulkan konsep rasio waktu offline dan online. Bagi anak sekolah dan remaja, ia menyarankan agar mereka menghabiskan tiga jam kegiatan offline, seperti membaca, berolahraga, berinteraksi langsung, atau bermain di luar ruangan dan untuk setiap satu jam waktu online.

Menurutnya, keluarga dapat menentukan target yang realistis sesuai kesibukan dan kebutuhan anak, namun pola keseimbangan ini penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional.

Dengan aturan dan pembatasan yang tepat, penggunaan media sosial tetap dapat bermanfaat tanpa mengorbankan kesehatan mental, produktivitas, dan keseharian anak maupun remaja.