Kokkang Ibunda, Oleh: Dahlan Iskan

Dahlan Iskan--

Membaca buku ini perasaan saya campur aduk –terutama karena ditinggal ibu saat masih SD dan manja-manjanya. Kadang air mata berlinang saat melihat Kokkang menggendong sang ibu. Atau saat menyuapi. Dulu tentu sang ibu yang menyuapi Kokkang. Kadang saya membaca satu bab sampai tiga kali. 

Sebenarnya buku ini sangat lucu. Pasti ditulis dengan selera humornya yang tinggi. Maka terharu dan tertawa sering datang bergantian. 

Mayoritas babnya ditulis dalam bentuk dialog. Misalnya bab pertama yang berjudul 'Sarapan' ini: 

Makan pagi, ibu sedang kusuapi. 

Ibu: makan apa ini? 

Aku: tahu dan ayam, nasinya hangat. 

Ibu: ayam opo? (Ayam apa?) 

Aku: kiriman Kolonel Sanders. 

Ibu: sopo iku (siapa itu?) 

Aku: komandan upacara bendera di kecamatan, Bu. 

Ibu: oh... 

Dan makan ibu pun jadi banyak. 

(Saya bahagia melihat ibu makan banyak, sebahagia memenangkan Olimpiade panjat pinang). 

Sependek dan semenarik itu satu bab di buku ini. Kokkang selalu menemukan cara agar ibunya mau makan. Juga agar mau keramas. Misalnya di bab berjudul Keramas ini: Waktunya mandi pagi. Ibu sudah tiga hari tidak mau keramas. Rabutnya sudah bau. Harus menemukan cara agar ibu mau keramas. 

Aku: Bu, mau nggak pagi ini jadi duta shampoo yang lain lagi. 

Tag
Share