Ingin Menunda Kehamilan ? Simak Fakta Lengkap tentang Pembekuan Sel Telur

IST Egg Freezing--
BACAKORANCURUP.COM - Pembekuan sel telur, atau yang dikenal dengan istilah egg freezing, merupakan salah satu kemajuan dalam bidang reproduksi berbantuan yang memungkinkan perempuan untuk mempertahankan kualitas sel telurnya di usia produktif.
Proses ini dilakukan dengan cara membekukan sel telur menggunakan nitrogen cair bersuhu ekstrem, yaitu sekitar -196 derajat Celsius, sehingga sel telur dapat disimpan dalam jangka waktu lama untuk digunakan di masa mendatang.
Salah satu figur publik yang secara terbuka membagikan pengalamannya menjalani prosedur ini adalah Luna Maya pada tahun 2021. Keputusan tersebut diambil bukan tanpa alasan.
Luna mengungkapkan bahwa ia belum menemukan pasangan hidup, sementara hasrat untuk menjadi seorang ibu tetap kuat. Melalui metode pembekuan sel telur, ia memberikan ruang bagi dirinya untuk menunda kehamilan tanpa kehilangan kesempatan biologis yang dimiliki tubuhnya saat ini
BACA JUGA:Awas Quishing ! Penipuan Digital Lewat QR Code yang Jarang Disadari
BACA JUGA:Mengapa Orang Indonesia Paling Bahagia di Dunia? Temukan Rahasianya!
Mengutip dari Kompas.com, meski terdengar menjanjikan, prosedur ini tidak lepas dari risiko medis.
Hal ini disampaikan oleh dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG, SubSpFer, MSc, seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang juga ahli dalam bidang fertilitas. Menurutnya, risiko utama dalam proses egg freezing terletak pada tahapan stimulasi ovarium yang dilakukan sebelum sel telur diambil.
Tahapan stimulasi ini melibatkan pemberian obat-obatan khusus yang dirancang untuk merangsang ovarium agar menghasilkan banyak sel telur dalam satu siklus.
Obat yang digunakan bisa berdosis tinggi atau sedang, tergantung pada kebutuhan dan kondisi pasien. Tujuannya adalah memaksimalkan jumlah sel telur yang bisa diambil, karena tidak semua sel akan bertahan atau berhasil dibuahi nantinya.
Namun, penggunaan obat stimulasi tersebut dapat memicu efek samping, salah satunya adalah Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS).
Kondisi ini disebabkan oleh respons berlebihan tubuh terhadap obat, yang memicu pelepasan mediator inflamasi dan menyebabkan cairan tubuh menumpuk di rongga perut. Gejala yang muncul bisa berupa perut terasa nyeri, kembung, rasa tidak nyaman, dan pembuluh darah yang melebar sehingga cairan merembes ke jaringan tubuh.
dr. Yassin menekankan bahwa meskipun OHSS berat sangat jarang terjadi, dengan tingkat kejadian kurang dari satu persen, tetap diperlukan pemantauan medis secara ketat untuk mencegah komplikasi.
Dalam kebanyakan kasus, OHSS ringan bisa saja dialami pasien, namun umumnya akan mereda setelah penggunaan obat dihentikan, sehingga tidak memerlukan penanganan lanjutan.