Harga Terus Menurun, Ini Penjelasan Tauke Kopi di Curup

Kegiatan penimbangan kopi disalah satu gudang kopi kabupaten Rejang Lebong.-CW/CE -
BACAKORANCURUP.COM - Harga komoditas kopi di Kabupaten Rejang Lebong terus mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Penurunan ini dirasakan langsung oleh para pelaku usaha kopi, salah satunya Andi, seorang tauke kopi yang sudah bertahun-tahun bergerak di sektor ini.
Menurut Andi, harga kopi mulai menurun secara bertahap sejak beberapa waktu lalu, dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda kenaikan.
Bahkan, untuk kualitas kopi yang bagus, harga saat ini hanya berkisar di angka Rp47.000 per kilogram.
“Dulu bisa sampai lima puluh ribu lebih per kilo untuk kopi yang bagus. Sekarang sudah turun jadi empat puluh tujuh ribuan. Itu pun kalau kualitas benar-benar bagus,” ujar Andi saat ditemui di gudang pembeliannya, Senin (7/7).
BACA JUGA:Serius Garap Lahan Eks HGU, Draft Kerjasama dengan Bank Tanah Dibahas
BACA JUGA:Babe Curup Usulkan Penyertaan Modal Rp 10 Miliar, Masuk RAPBD P 2025
Ia menjelaskan bahwa fluktuasi harga kopi sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar internasional. Terutama dari negara-negara pengimpor kopi asal Indonesia.
"Harga ini sepenuhnya ikut permintaan dari luar negeri. Kalau permintaan menurun, otomatis harga di dalam negeri juga ikut turun. Kami di tingkat lokal hanya mengikuti arus pasar,” jelasnya.
Andi juga menambahkan bahwa ia tidak bisa memprediksi apakah harga kopi akan kembali naik atau justru semakin menurun dalam waktu dekat. Menurutnya, semua bergantung pada dinamika pasar global dan nasional yang sulit ditebak.
“Untuk saat ini kita tidak bisa kita pastikan juga harga kopi akan naik atau terus turun, karena semuanya tergantung pasar,” tambahnya.
Turunnya harga kopi ini tidak hanya berdampak pada pelaku usaha seperti tauke, tetapi juga dirasakan langsung oleh petani kopi, yang mengeluhkan hasil panen tidak sebanding dengan biaya produksi dan perawatan kebun.
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan di wilayah Rejang Lebong dan sekitarnya, khususnya jenis robusta.
Fluktuasi harga global yang tak menentu menjadi tantangan tersendiri bagi petani dan pelaku industri kopi lokal untuk tetap bertahan dan menjaga kualitas produksi