Kopi Bahagia, Oleh: Dahlan Iskan

Dahlan Iskan--

"Saya tidak mau mencoba," kata saya. Tidak tega. Terlalu mahal. 

Saya pilih minta teman saya untuk memotret adegan saya lagi memegang botol baja pipih itu. "Boleh foto tapi jangan dimuat di Disway," katanya. "Istri saya juga pembaca Disway. Bisa ketahuan," guraunya. Ia punya kiat kalau istrinya marah soal hobi mahalnya itu. "Kalau dia minta tas apa saja tidak saya tolak," guraunya. 

Saya sungguh tidak pura-pura menolak merasakan kopi termahal itu. Tapi saya ingin juga tahu rasanya seperti apa. Maka ketika Nasrullah menyerahkan botol baja pipih itu ke Benny saya terharu sekali. 

Botol itu tidak penuh. Tinggal sisa Nasrullah. Masih ada 15 gram. Botolnya sendiri memang bekas botol minuman keras. Nasrullah menggunakannya untuk kopi termahal agar menimbulkan kesan lebih special. 

Benny pun memprosesnya. Kali ini saya minta dibagi tujuh gelas. Agar kian banyak yang ikut merasakan. Satu gelas berisi sekitar tiga sendok. 

Kami pun menyesapnya. Saya minta tolong Nasrullah untuk mendeskripsikan rasa kopi yang itu seperti apa. 

"Saat mulai meminumnya ada rasa bahagia. Lalu muncul rasa gemetar. Terakhir terasa manisnya. Kian lama tenggorokan merasakan manisnya. Sampai berjam-jam". Saya bahagia mendengarkan penjelasannya itu. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan