BACAKORANCURUP.COM - Tampaknya kondisi musim hujan di Indonesia tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya.
Dimana hal ini menyebabkan sejumlah daerah terdampak bencana hidrometeorologi. Demikian diungkapkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.
Menurutnya, musim hujan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena fenomena La Nina lemah, yang mengakibatkan anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menjadi lebih dingin dari biasanya.
"Tahun lalu yang terjadi adalah El Nino dan bersifat kering, sementara tahun ini adalah La Nina lemah. Hal inilah yang menjadi booster pertumbuhan awan-awan hujan, sehingga intensitas dan volume hujan meningkat," kata Dwikorita dalam keterangannya, Sabtu (21/12).
BACA JUGA:Megathrust Masih Mengancam, Ini Saran BMKG Untuk Pemilik Wisata
BACA JUGA:BMKG Beri Peringatan, 34 Wilayah Berpotensi Hujan-Angin Kencang hingga Momen Natal Nanti
"Bagi Indonesia fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah yang berkisar 20-40 persen," tambah dia.
Tak hanya itu, Indonesia menghadapi tantangan cuaca yang kompleks karena posisi geografisnya.
Terletak di antara dua benua dan dua samudra, negara ini rentan terhadap pembentukan siklon yang membawa angin kencang, gelombang tinggi, dan cuaca ekstrem.
Selama periode Natal dan Tahun Baru, situasi ini diperkirakan akan diperburuk oleh fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi masuknya udara dingin dari Siberia yang bergerak ke wilayah barat Indonesia.
"Indonesia saat ini mengalami puncak musim hujan yang dipengaruhi oleh beberapa fenomena meteorologi. La Nina bersama dengan aktivitas Madden-Julian Oscillation, gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin menciptakan kondisi atmosfer yang kondusif untuk pembentukan hujan.
Ditambah dengan aktivitas konvektif lokal di bagian barat, selatan, dan tengah Indonesia, semua faktor ini berinteraksi dan memperkuat dinamika atmosfer yang mengakibatkan curah hujan tinggi di berbagai wilayah negara ini," jelas dia.
Karenanya, sejak November BMKG terus mengeluarkan peringatan dini terkait potensi bencana hidrometeorologi.
Bukan cuma memberikan imbauan ke masyarakat di wilayah rawan bencana, BMKG juga terus berkoordinasi dengan instansi terkait dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan potensi bencana.
Dwikorita juga mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, khususnya pada periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).