
Ideologi asli komunis adalah gerakan buruh. Ketika komunis masuk Tiongkok, kata ''buruh" ditambah dengan ''buruh tani''. Buruh dan buruh tani harus bergerak melawan pengusaha dan tuan tanah.
Di zaman Jiang Zemin, justru pengusaha dimasukkan sebagai tiga unsur penting komunisme Tiongkok: buruh, tani, pengusaha.
Jiang Zemin berumur panjang. Setelah berhenti sebagai presiden ia masih hidup selama 19 tahun. Selama 19 tahun itu tidak sekali pun Jiang Zemin tampil di media. Atau terlihat di tempat umum. Atau memberikan pandangan dalam satu acara. Apalagi melancarkan kritik. Tidak. Total pensiun. Menghilang.
Pun perdana menterinya yang terkenal itu: Zhu Rongji. Yang Anda sering mengingatnya sebagai panglima pemberantasan korupsi di Tiongkok. Anda masih ingat doktrin ''100 peti matinya'' dalam ketegasannya memberantas korupsi. Zhu Rongji juga sama sekali tidak pernah tampil. Jangankan terlihat. Tercium pun tidak.
Pun Presiden Hu Jintao yang menggantikan Jiang Zhemin. Setelah dua periode menjabat, presiden Hu Jintao pun lenyap.
Ia yang juga berhasil memasukkan satu unsur lagi sebagai pilar tambahan partai komunis Tiongkok. Pilar keempat: sains. Ilmu pengetahuan. Apa pun yang tidak ilmiah harus ditolak.
Memang pernah ia jadi berita. Satu kali. Yakni menjelang diubahnya konstitusi Tiongkok yang membatasi masa jabatan presiden. Dulunya maksimal dua periode menjadi tidak ada batas.
Hu hari itu kelihatan dipapah meninggalkan kursi sidang umum ''MPR'' Tiongkok. Terlihat tangannya menepis petugas.
Pers barat menafsirkan tepisan itu menandakan Hu Jintao tidak mau pergi. Ia protes atas perubahan itu. Tapi bisa saja Hu, yang sudah terlihat tua dan lemah, sebenarnya akan ke toilet dan merasa bisa berjalan sendiri. Tidak perlu dipapah. Mungkin Anda juga ingat adegan mantan ibu negara yang menepis tangan suaminyi yang terlihat ingin merangkulnyi. Tafsir tepisan itu pun ke mana-mana. Padahal hanya dua orang itu yang tahu konteks sebenarnya.
Hu Jintao tidak pernah bicara apa yang sebenarnya terjadi. Ia meneruskan tradisi mantan presiden sebelumnya: tidak mau tampil ke publik. Tentu Indonesia tidak bisa meniru itu. Pun Amerika. Singapura kelihatannya meniru Tiongkok, meski tidak 100 persen.
Para mantan presiden di Indonesia adalah tokoh. Media memperlakukan tokoh sebagai sumber berita. Mantan presidennya sendiri mungkin tidak ingin tampil. Medialah yang terus memburunya.
Media juga tidak salah. Mereka memang pantas diburu.
Megawati adalah ketua umum partai PDI-Perjuangan. SBY adalah orang nomor satu di Partai Demokrat. Anak-anak mereka jadi tokoh politik.
Jokowi memang bukan ketua partai tapi anak-anaknya jadi tokoh politik. Tidak mungkin politik terpisah dari media.
Di Tiongkok media dikontrol penguasa. Sepenuhnya. Mungkin para mantan itu juga pernah tampil di publik, hanya media tidak boleh memberitakannya. Tidak. Mereka sendiri tidak pernah tampil. Mereka bisa menahan diri. Mereka lebih mengerti doktrin Jawa: mikul duwur, mendhem jero –mengangkat tinggi-tinggi kebaikan pendahulu dan mengubur dalam-dalam kekurangannya.