BACAKORANCURUP.COM - Anggota tim gugus tugas bidang keuangan Prabowo-Gibran, Thomas Djiwandono memastikan presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto, tidak berencana untuk meningkatkan rasio utang negara hingga 50 persen, dari produk domestik bruto (PDB).
Hal ini diungkapkannya kepada Reuters dalam wawancara yang dikutip Sabtu, (15/6/2024).
“Kami sama sekali tidak membicarakan target utang terhadap PDB. Ini bukan rencana kebijakan yang resmi,” kata Thomas. Pernyataan ini juga menyangkal laporan sebelumnya oleh Bloomberg yang menyatakan rumor tersebut, dan telah merugikan mata uang negara dan pasar obligasi Indonesia.
Mata uang rupiah turun sebesar 0,9 persen dan imbal hasil obligasi melonjak pada hari Jumat, (14/6) kemarin.
BACA JUGA:Kaesang Dekati Anies, PDIP Sebut Manuver Politik dalam Pilkada Jakarta Adalah Sah
Thomas lebih lanjut mengatakan bahwa Prabowo belum menetapkan target tingkat utang apa pun dan akan mematuhi batasan hukum yang berlaku mengenai metrik fiskal.
Sebelumnya pada bulan lalu, Prabowo yang akan menjabat pada bulan Oktober nanti mengatakan bahwa Indonesia harus “lebih berani” untuk memasukkan program pembangunan dan mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen untuk negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Namun Prabowo juga berulang kali berjanji untuk mematuhi batasan defisit anggaran.
“Penting untuk dicatat, itulah alasan Prabowo dan tim formalnya berbicara tentang kehati-hatian fiskal, karena hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut,” kata Thomas.
Prabowo pun memastikan bahwa dalam penjajakan antara tim gugus tugas Prabowo dan tim Menteri Keuangan Sri Mulyani fokus pada peningkatan pendapatan negara.
Serta meninjau belanja negara dan memberikan ruang anggaran untuk program-program yang penting.
Program itu seperti menyediakan makanan bergizi gratis untuk anak-anak, dalam batas hukum keuangan publik. Thomas pun menambahkan bahwa defisit anggaran pada tahun 2025 akan tetap di bawah 3 persen dari PDB.