4. Membantu Anak Penderita Autisme
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Missouri, Amerika Serikat, menunjukkan interaksi sosial anak penderita autisme mengalami peningkatan signifikan ketika mereka dikelilingi oleh hewan peliharaan.
Hampir setengah dari jumlah keluarga yang diteliti memiliki kucing sebagai hewan peliharaan. Orang tua dalam keluarga-keluarga tersebut melaporkan adanya ikatan emosional yang kuat antara mereka dan anak-anak mereka.
5. Menyembuhkan Nyeri Tulang, Sendi, dan Otot
Kucing sering kali mengeluarkan suara seperti mendengkur atau purring ketika mereka sedang bahagia dan tenang. Suara dengkuran ini memiliki kemampuan penyembuhan bagi nyeri tulang dan otot manusia. Ini terkait dengan frekuensi getaran dengkuran kucing yang berada pada kisaran 20-140 hz.
6. Baik untuk Kesehatan Mental
Berinteraksi dengan hewan peliharaan, termasuk kucing, bisa memicu pelepasan hormon oksitosin dalam tubuh manusia. Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon cinta dan koneksi sosial.
Riset telah mengungkapkan bahwa saat seseorang berinteraksi dengan kucing, terjadi peningkatan kadar oksitosin dalam darah. Ini dapat berkontribusi pada peningkatan perasaan relaksasi dan kebahagiaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Allen et al. (2020) menunjukkan bahwa bermain dengan kucing selama sesi terapi dapat mengurangi tingkat kortisol dan hormon stres dalam tubuh manusia.
Para partisipan yang berinteraksi dengan kucing mengalami penurunan signifikan dalam tingkat kecemasan dan merasa lebih rileks. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan kucing dapat membantu menurunkan respons stres dan mengurangi tekanan psikologis yang dirasakan.
7. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Memelihara kucing ternyata bisa membantu melindungi anak-anak dari risiko sejumlah penyakit, seperti infeksi, alergi, dan gangguan pernapasan.