BACAKORANCURUP.COM - Dalam penemuan yang mengejutkan ternyata emas yang berada di Monas diperoleh dari Desa Lebong Tandai, Lebong Tandai adalah salah satu Desa di Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu dan dialiri oleh Sungai Lusang yang jernih serta Bendungan yang bernama 'Tokorotan' dibangun kolonial Belanda pada masa penjajahan saat itu.
Daerah Lebong Tandai di Kota Bengkulu telah teridentifikasi sebagai salah satu sumber emas yang digunakan untuk membangun Tugu Monas, ikon kebanggaan Jakarta.
Tugu Monas yang telah diresmikan pada tahun 1975 tidak hanya menjadi simbol kemerdekaan tetapi juga menyimpan cerita menarik tentang sumber daya alam Indonesia.
Emas yang digunakan dalam konstruksi Monas berasal dari salah satu tambang emas yang terdapat pada daerah terkhususnya Lebong Tandai penghasil emas terbesar di Kota Bengkulu.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Lebong Tandai yang Menjadi Kota Batavia-Nya Bengkulu, Molek sebagai Bukti!
BACA JUGA:Catatan Sejarah Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Saksi Bisu Kejayaan Palembang
Sejak lama, Lebong Tandai dikenal memiliki potensi tambang yang kaya dan baru-baru ini penelitian mengungkapkan kontribusinya terhadap proyek nasional yaitu Tugu Monas yang dirancang oleh arsitek Indonesia yakni Frederich Silaban dan dibangun sebagai peringatan perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
Puncak Monas yang dilapisi emas 24 karat menggambarkan semangat perjuangan dan aspirasi bangsa. Keberadaan emas dari Lebong Tandai menambah dimensi baru pada nilai historis dan simbolis tugu ini.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Emas pada Monas dihasilkan dari Lebong Tandai kerena desa ini kerap dilupakan dan terabaikan oleh masyarakat.
Padahal daerah Lebong Tandai sangat banyak menyimpan sejarah panjang tentang masa penjajahan Indonesia terutama jejak sejarah penjajah yang terjadi di kota Bengkulu berupa buktinya seperti kendaraan Molek yang hingga sekarang masih digunakan oleh masyarakat untuk bertransportrasi ke kota Napal Putih dengan jalur rel yang sudah dipenuhi oleh lumpur ataupun semak belukar.
Menurut Solehan dari Dinas ESDM Provinsi Bengkulu penambangan emas di Lebong Tandai dimulai setelah penemuan formasi emas pada tahun 1890.
Penambangan tertua dilakukan oleh perusahaan Belanda seperti Mijnbouw Maatschappij Redjang Lebong dan Mijnbouw Maatschappij Simau.
Pada tahun 1919, perusahaan ini menghasilkan 1.111 kilogram emas dan 8.836 kilogram perak, sementara perusahaan Redjang Lebong menghasilkan 659 kilogram emas dan 3.859 kilogram perak.
Penemuan ini bukan hanya memperkaya narasi sejarah Monas, tetapi juga mengajak masyarakat untuk lebih menghargai potensi sumber daya alam lokal terutama pada daerah Lebong Tandai Kota Bengkulu.
Para ahli lingkungan dan ekonomi kini mendorong pengelolaan yang lebih berkelanjutan terhadap sumber daya tambang guna menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan sehingga daerah Lebong Tandai harus diperhatikan secara penuh.