BENGKULU - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu merilis data terbaru angka stunting tahun 2023.
Angka stunting di Provinsi Bengkulu pada tahun 2022 yang dikeluarkan oleh Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2023 mencapai 19,8 persen. Meskipun masih tinggi, angka ini menunjukkan penurunan signifikan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 22,1 persen.
Pada tahun 2023 ini, BKKBN telah menargetkan penurunan angka stunting Provinsi Bengkulu menjadi 15,55 persen. Pada tahun 2024 target penurunan menjadi 12,55 persen.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu, Mohamad Iqbal Apriansyah SH MPH mengatakan, penurunan angka stunting di Provinsi Bengkulu tidak lepas dari kolaborasi berbagai pihak. Baik pemerintah, media, dan masyarakat.
"Kami sangat mengapresiasi peran media dalam mendukung upaya pemerintah daerah dalam menangani permasalahan kesejahteraan masyarakat, terutama terkait angka stunting," terang Iqbal saat sharing session kampanye percepatan penurunan stunting bersama media di Lavenrice Restaurant Bengkulu, Sabtu (9/12).
BKKBN, menurut Iqbal, telah memiliki kebijakan dalam menurunkan angka stunting. Seperti mengoptimalkan melalui Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), terutama melalui upaya pencapaian target/sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Sehingga mampu menurunkan laju pertumbuhan penduduk (LPP), angka kelahiran total (TFR). Begitupun dengan upaya meningkatkan pemakaian kontrasepsi (CPR), menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmeet need). Termasuk menurunnya angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun (ASFR15-19).
"Serta menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari Wanita Usia Subur (WUS 15-19 tahun)," tegasnya.
Dari berbagai upaya optimalisasi program yang telah dibuat itu, BKKBN telah menargetkan melalui capaian Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Bengkulu Tahun 2023. Diantaranya, angka kelahiran total (TFR) per WUS (15-49 tahun) sebesar 1,98, persentase pemakaian kontrasepsi modern (modern contraceptive prevalence rate/mCPR) 69,30 persen, persentase kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi (unmet need) 10,22 persen.
"Angka balita stunting di Provinsi Bengkulu kita turunkan sampai 15,69% persen tahun 2023, dan turun menjadi 12,55 persen pada tahun 2024," beber Iqbal.
Di sisi lain, Iqbal mengatakan, ada beberapa tips membantu masyarakat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan keluarga. Salah satunya, pentingnya mengonsumsi makanan bergizi yang mudah didapat dan terjangkau harganya.
"Kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih memperhatikan pola makan sehari-hari. Makanan bergizi tidak harus mahal, dan kami percaya bahwa dengan pemilihan makanan yang tepat, kualitas hidup keluarga dapat meningkat," tuturnya.
Iqbal juga menyoroti pentingnya perbaikan pola hidup yang bersih dan sehat. Hal yang perlu ditekankan, dengan pentingnya mencuci tangan dengan benar dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga lingkungan sekitar juga tetap bersih.
"Upaya pencegahan stunting tidak hanya terletak pada pola makan yang baik, tetapi juga pada kebersihan dan pola hidup sehat. Dengan bersama-sama melakukan perubahan kecil dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak," ujar Iqbal.
Disamping itu, Iqbal menjelaskan, melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, media, dan masyarakat, target penurunan angka stunting di Provinsi Bengkulu dapat tercapai. Sehingga kualitas hidup masyarakat setempat dapat terus meningkat.