Inilah Penyebab Kelumpuhan Tidur atau Ketindihan, Bukan Karena Mistis Lho !

IST Kelumpuhan tidur, sumber foto @upseducation--

BACAKORANCURUP.COM - Sleep paralysis atau kelumpuhan tidur adalah kondisi yang sering menakutkan, di mana seseorang mengalami ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat berada di antara fase terjaga dan tidur.

Fenomena ini, yang dalam banyak budaya disebut "ketindihan," bisa memicu perasaan cemas dan bahkan disertai halusinasi, membuat kita sulit membedakan antara kenyataan dan mimpi.

Meskipun sering kali dikaitkan dengan unsur mistis, kelumpuhan tidur sebenarnya dapat dijelaskan dengan pendekatan ilmiah. Saat tidur, tubuh memasuki fase tidur REM (Rapid Eye Movement), yang ditandai dengan mimpi yang sangat vivid.

Pada fase ini, tubuh secara alami mengalami kelumpuhan sementara untuk mencegah kita menggerakkan tubuh sesuai dengan mimpi yang dialami.

Namun, jika proses ini terganggu, kita dapat terbangun sebelum tubuh sepenuhnya pulih dari kelumpuhan alami ini, menyebabkan kita merasa terjaga namun tidak bisa bergerak.

Gejala sleep paralysis bisa berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit, meskipun umumnya tidak lebih dari 20 menit.

Dalam keadaan ini, seseorang bisa merasakan sensasi tertahan oleh kekuatan tak terlihat, atau mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan, seperti mendengar suara-suara atau melihat bayangan menyeramkan. Perasaan takut semakin intens dengan detak jantung yang meningkat, sensasi getaran atau kesemutan, bahkan sesak napas.

BACA JUGA:Anak Laki-Laki Alami Masa Pubertas Secara Bertahap, Orang Tua Harus Tahu !

BACA JUGA:5 Tips Agar Anak Doyan Makan Sehat Bergizi

Kelumpuhan tidur dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti stres, kelelahan, perubahan pola tidur, atau pengaruh obat-obatan tertentu. Namun, kondisi ini sebenarnya tidak berbahaya dan tidak menyebabkan cedera fisik. Untuk mengurangi risiko sleep paralysis, penting untuk menjaga kualitas tidur yang baik serta mengelola tingkat stres.

 

Secara umum, terdapat dua jenis kelumpuhan tidur. Pertama adalah isolated sleep paralysis (ISP), yaitu episode kelumpuhan tidur tunggal yang biasanya disebabkan oleh pola tidur yang tidak teratur atau stres tinggi. ISP umumnya tidak terkait dengan gangguan medis dan dapat diatasi dengan memperbaiki pola tidur.

Di sisi lain, recurrent isolated sleep paralysis (RISP) merujuk pada kelumpuhan tidur yang berulang dalam periode waktu tertentu. RISP sering kali terkait dengan gangguan psikologis, seperti kecemasan atau depresi, serta penggunaan obat-obatan tertentu.

Meskipun sleep paralysis adalah kondisi yang menakutkan, hal ini tidak selalu menandakan gangguan medis yang serius. Namun, jika terjadi secara berulang, lebih dari beberapa kali dalam sebulan, atau disertai dengan gangguan tidur lain seperti narkolepsi atau insomnia kronis, maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan