Konflik Warga dan Beruang Kembali Terjadi di Sukarami, BKSDA Beri Pesan
Sarang beruang diatas pohon di lokasi kemunculan beruang madu di Desa Sukarami Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong oleh BKSDA.-DOK/BKSDA -
BACAKORANCURUP.COM - Konflik antara warga dengan satwa dilindungi yakni beruang madu, kembali terjadi di wilayah Kabupaten Rejang Lebong.
Tepatnya berada di Desa Sukarami Kecamatan Bermani Ulu. Konflik yang terjadi antara warga dengan beruang tersebut ternyata masuk dalam kawasan APT Bukit Basah. Yang memang kawasan tersebut merupakan habitat beruang.
Kepala Seksi Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) l Bengkulu, Said Jauhari melalui Kanit Polisi Hutan, Reza Alfitriansyah membenarkan hal tersebut. Bahkan pihaknya telah melakukan pengecekan ke lokasi untuk memastikan keberadaan beruang, pada Rabu 5 Februari 2025.
"Kami baru saja pulang dari sana untuk mengecek lokasi, dan ternyata memang lokasi adanya beruang itu habitat beruang. Karena berada di kawasan APT Bukit Basah, dan posisinya juga di dekat sana ada pemukiman warga yang jaraknya hanya sekitar 30 - 40 meter," jelas dia.
BACA JUGA:Waspada! Beruang Madu Masih Menghantui Warga Desa di Rejang Lebong Ini
BACA JUGA:BKN Siapkan Formasi Tampungan, Apa Itu? Formasi Khusus Honorer dengan Kategori Ini
Menurut Rezza, lokasi tempat beruang itu muncul dikarenakan banyak sumber makanan yang digemari beruang madu banyak seperti nangka, cempedak, dan nira aren.
"Kami temukan memang banyak makanan kesukaan beruang di sana," tambahnya.
Lebih jauh, dirinya menjelaskan, bahwa keberadaan beruang tersebut sama sekali tidak ada maksud untuk menggangu warga setempat apalagi menyerang. Melainkan hanya mencari makan.
"Dipastikan beruang itu hanya cari makan saja, karena banyak buah yang disukainya di sekitaran lokasi. Bahkan kami temukan ada sarangnya di atas pohon," terang dia.
Selain pengecekan lokasi, Rezza mengatakan, pihaknya juga mensosialisasikan bahwa beruang madu jadi salah satu satwa liar yang dilindungi negara.
Kemudian mensosialisasikan cara pengusiran beruang dengan membunyikan suara keras seperti meriam, mercon dan semacamnya. Karena pada prinsipnya beruang takut dengan suara keras.
"Hal ini kami sampaikan ke kades, kadus dan warga setempat. Intinya selagi tidak saling menggangu maka tidak akan sampai terjadi konflik," tandasnya.