Zelensky Kesal Perundingan AS-Rusia di Saudi Tak Libatkan Ukraina

ist Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat memberikan konferensi pers Bersama dengan Presiden Turki di Kompleks Kepresidenan Turki di Ankara.--
BACAKORANCURUP.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengkritik pertemuan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang digelar tanpa mengundang Ukraina. Pertemuan tersebut diadakan di Istana Diriyah, Riyadh, Arab Saudi pada Selasa, 18 Februari 2025 lalu.
Zelensky menegaskan bahwa upaya untuk mengakhiri perang harus dilakukan secara adil dan melibatkan negara-negara Eropa, termasuk Turki.
Pernyataan ini disampaikan setelah AS dan Rusia sepakat untuk membentuk tim negosiasi guna mencari jalan keluar damai untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.
Ini merupakan pertemuan tingkat tinggi pertama antara AS dan Rusia sejak Rusia pertama kali menginvasi Ukraina hampir tiga tahun lalu.
Zelensky berbicara tentang ini setelah melakukan pertemuan hampir tiga jam dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di ibukota Turki, Ankara.
Dilansir dari AFP (Agence France-Presse), "Ukraina, Eropa termasuk Uni Eropa, Turki, dan Inggris harus dilibatkan dalam pembicaraan dan penyusunan jaminan keamanan yang diperlukan bersama Amerika terkait nasib wilayah kami," ungkap Zelensky.
“Setiap upaya untuk menengahi penghentian konflik harus dilakukan secara adil,” imbuhnya.
Presiden Ukraina tersebut mengecam perundingan AS-Rusia di Riyadh, Saudi Arabia yang berlangsung sebelumnya pada Selasa.
Ia kembali menegaskan penolakannya terhadap keputusan yang dibuat tanpa persetujuan Ukraina tentang bagaimana mengakhiri perang di Ukraina.Zelensky mengungkapkan bahwa dirinya tidak diundang ke pembicaraan di Riyadh dan telah menunda perjalanannya ke ibu kota Saudi, yang awalnya dijadwalkan pada Rabu, menjadi 10 Maret.
Kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang lebih terbuka terhadap Rusia telah memicu kekhawatiran bahwa AS mungkin bersiap memaksa Ukraina menerima kesepakatan yang menguntungkan salah satu pihak.
Kekhawatiran ini semakin meningkat setelah pembicaraan di Riyadh, di mana Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, membahas keamanan Eropa dan Ukraina tanpa perwakilan dari Kyiv atau Brussels.
Presiden Turki, Erdogan, menawarkan Turki sebagai tuan rumah ideal untuk pembicaraan terkait upaya mengakhiri konflik.
Mengingat pertemuan serupa pernah berlangsung di Istanbul pada 2022, hanya beberapa pekan setelah Rusia menginvasi Ukraina.
"Turki akan menjadi tuan rumah yang ideal untuk kemungkinan pembicaraan antara Rusia, Ukraina, dan Amerika dalam waktu dekat," ujarnya.