Berkat Penjualannya yang Laris Manis, Series Ini Selamatkan Apple Sebagai Raja HP Dunia

Ilustrasi Net--
BACAKORANCURUP.COM - Apple berhasil menduduki posisi teratas dalam pasar smartphone global pada kuartal pertama 2025, salah satunya berkat peluncuran iPhone 16e yang baru.
Berdasarkan laporan Counterpoint Research untuk kuartal tersebut, Apple menguasai pangsa pasar sebesar 19%.
Tak hanya karena iPhone 16e, keberhasilan Apple juga didorong oleh pertumbuhan dan ekspansi yang konsisten di luar pasar utamanya, seperti dilaporkan pada Kamis (17/4/2025).
Apple mencatat pertumbuhan dua digit di beberapa negara, termasuk Jepang, India, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.
BACA JUGA:Mau HP dengan Camera Terbaik ? Berikut Rekomendasinya
BACA JUGA:Mau Jadi Nasabah Emas Ternyata Mudah, Begini Caranya
Di peringkat kedua terdapat Samsung dengan pangsa pasar 18%. Sementara posisi ketiga hingga kelima diisi oleh perusahaan teknologi asal Tiongkok, yakni Xiaomi (14%), Vivo (8%), dan Oppo (8%).
Counterpoint juga mencatat bahwa merek Honor, Huawei, dan Motorola menunjukkan pertumbuhan pesat meskipun belum masuk lima besar, namun ketiganya memberikan persaingan ketat di pasar global.
Selain Apple, Huawei tercatat sebagai produsen smartphone terbesar di Tiongkok selama kuartal pertama, sedangkan Honor dan Motorola mencatatkan pertumbuhan signifikan di berbagai pasar.
Secara keseluruhan, pasar smartphone global tumbuh sebesar 3% dibandingkan tahun sebelumnya selama periode tersebut. Pasar di negara maju mengalami penurunan, namun pertumbuhan tercatat di Tiongkok, serta adanya pemulihan di kawasan Amerika Latin, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika.
"Penjualan pada bulan Januari sangat kuat, terutama karena peningkatan permintaan yang dipicu oleh subsidi di Tiongkok. Momentum ini terus berlanjut seiring peluncuran produk seperti Samsung S25 dan iPhone 16e," ujar Ankit Malhotra, Analis Riset Senior.
Meski demikian, ia memperkirakan pasar smartphone akan mengalami penurunan sepanjang 2025, meskipun kuartal pertama mencatat pertumbuhan. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya risiko perang dagang.
"Tapi kondisi bisa berubah cepat, terutama menjelang akhir tahun. Kami terus memantau perubahan kebijakan dan memperkirakan pasar akan mencatat penurunan secara tahunan pada 2025, meski sempat tumbuh di kuartal awal," tandasnya.