Mencengangkan! Begini Nasib Samsung dan Apple Saat Perseteruan AS-China

ILUSTRASI NET--
BACAKORANCURUP.COM - Samsung dinilai mendapatkan keuntungan di tengah memanasnya perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China, situasi yang justru memberikan tantangan berat bagi Apple sebagai pesaing utamanya.
Salah satu perbedaan penting antara keduanya terletak pada lokasi perakitan. Apple masih merakit mayoritas iPhone di China, sementara Samsung memproduksi perangkatnya di negara-negara seperti Vietnam, India, dan Korea Selatan.
Ketergantungan Apple pada China membuatnya lebih rentan terhadap dampak dari ketegangan perdagangan antara AS dan China, terutama setelah AS memberlakukan tarif impor tinggi terhadap produk asal China, mencapai angka 145 persen, meskipun ada beberapa pengecualian.
BACA JUGA:Ini HP Paling Laku Sepanjang Masa, Bukan iPhone ataupun Samsung!
BACA JUGA:Menkeu Sri Mulyani Sumringah Daya Beli Tetap Kuat, Penerimaan Pajak Meningkat
Sementara Apple sudah mulai memindahkan sebagian produksinya ke India, laporan dari Wedbush Securities per April 2025 menyebutkan bahwa sekitar 90 persen dari total produksi iPhone masih berasal dari China.
Beberapa produk teknologi seperti smartphone memang sempat dikecualikan dari kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan di era Presiden Donald Trump. Akan tetapi, rencana pengenaan tarif tambahan untuk sektor semikonduktor menunjukkan bahwa tensi dagang masih terus berlanjut.
Di lain sisi, Samsung tidak terlalu terdampak karena produksinya tersebar di luar China. Artinya, perusahaan Korea Selatan ini tidak perlu melakukan perubahan besar dalam operasi manufaktur mereka meski ketegangan tarif meningkat.
"Keuntungannya adalah, ya, mereka tidak menghadapi angka gila seperti yang kita hadapi saat ini," kata Gerrit Schneemann, analis senior dari Counterpoint Research
Walau begitu, Schneemann juga menekankan bahwa keunggulan ini tidak otomatis memberikan lonjakan penjualan besar bagi Samsung. “Pada saat yang sama, tidak ada jalur langsung untuk mengubahnya menjadi peningkatan penjualan secara eksponensial," ujarnya.
Industri teknologi global sangat bergantung pada rantai pasok yang berpusat di China, termasuk untuk komponen penting seperti ponsel pintar, laptop, hingga perangkat wearable.
Meskipun sebagian produk mendapat pengecualian dari tarif, banyak lainnya, seperti konsol game dan earbud, tetap dikenai bea masuk tinggi.
Ketegangan meningkat lagi pada 21 April ketika pemerintah China mengancam akan membalas negara manapun yang mengikuti langkah AS dalam membatasi hubungan dagang dengan Beijing.
Awal bulan ini, pemerintahan Trump mengumumkan jeda 90 hari terhadap kebijakan tarif timbal balik, kecuali untuk China.