Mencengangkan! Begini Nasib Samsung dan Apple Saat Perseteruan AS-China

ILUSTRASI NET--
Tim analis dari Wedbush Securities, yang dipimpin oleh Dan Ives, menegaskan bahwa dialog dengan China harus segera dilakukan demi menjaga stabilitas pasar, industri teknologi, dan ekonomi AS secara keseluruhan.
Mereka memperingatkan bahwa jika ketegangan tidak segera diatasi, dampaknya akan besar: perlambatan pertumbuhan ekonomi, inflasi yang meningkat, dan ketidakpastian strategi masa depan bagi perusahaan teknologi global.
Apple, karena produksinya yang masih sangat tergantung pada China, menjadi sorotan utama. Bahkan, analis UBS memperkirakan harga iPhone 16 Pro Max yang dirakit di China dapat naik hingga US$800—perkiraan ini muncul sebelum adanya klarifikasi bahwa smartphone termasuk dalam daftar pengecualian tarif.
Wedbush mencatat bahwa hanya sekitar 10 persen produksi iPhone dilakukan di luar China, masing-masing 5 persen di Vietnam dan India.
Berbeda dengan Apple, Samsung telah menutup pabrik terakhirnya di China sejak 2019 akibat penurunan pangsa pasar. Kini, produksi ponsel Samsung tersebar di Korea Selatan, Vietnam, India, dan Brasil.
Tak hanya itu, Samsung juga diuntungkan karena selain memproduksi perangkat elektronik, perusahaan ini juga menjadi produsen komponen utama seperti chip memori, layar, dan semikonduktor.
"Samsung mungkin memiliki sedikit keuntungan dalam arti bahwa mereka adalah salah satu dari sedikit perusahaan di dunia yang terintegrasi secara vertikal," ujar Ben Barringer, analis teknologi global dari perusahaan investasi Quilter Cheviot.