Dosen Pakai ChatGPT, Mahasiswa Tuntut Uang Kuliah Dikembalikan!

Ilustrasi Net--
BACAKORANCURUP.COM - Seorang mahasiswi di Northeastern University, Massachusetts, Amerika Serikat, memicu perdebatan setelah menuntut pengembalian uang kuliah sebesar USD 8.000.
Ia mengklaim bahwa salah satu dosennya menggunakan ChatGPT untuk menyusun materi perkuliahan dan slide presentasi, sementara mahasiswa dilarang menggunakan AI generatif dalam tugas mereka.
Insiden ini menyoroti pertanyaan mendalam tentang etika penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan tinggi dan standar ganda yang mungkin diterapkan oleh institusi akademik.
Mahasiswi bernama Ella Stapleton menyadari penggunaan ChatGPT oleh dosennya ketika menemukan prompt seperti "expand on all areas.
BACA JUGA:Mobil Listrik Suzuki eVitara Siap Tantang Pasar, Ini Rahasia di Balik Peluncurannya !
BACA JUGA:Kamu Harus Tahu! Jurusan Kuliah Ini Punya Risiko Tinggi Lulus Menganggur, Cek Daftarnya
Be more detailed and specific" yang tidak sengaja tertinggal dalam materi perkuliahan. Setelah menelusuri lebih lanjut, ia menemukan kesalahan khas AI generatif, termasuk typo mencolok, teks terdistorsi, dan gambar yang tidak akurat.
Stapleton merasa bahwa penggunaan AI oleh dosen, sementara mahasiswa dilarang, merupakan bentuk hipokrisi yang merugikan mahasiswa secara finansial dan akademik.
Kasus ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas dalam dunia pendidikan mengenai peran AI dalam proses belajar-mengajar. Beberapa akademisi, seperti Dosen Fakultas Hukum UGM Dina W. Kariodimedjo, menyarankan agar penggunaan ChatGPT dilarang di universitas karena potensi plagiarisme dan pelanggaran etika akademik. Dina menekankan bahwa meskipun AI dapat membantu dalam tahap awal penelitian, penggunaannya dalam penulisan ilmiah untuk mendapatkan nilai sebaiknya dihindari.
Di sisi lain, penggunaan AI oleh dosen juga menimbulkan pertanyaan tentang kualitas pendidikan yang diberikan. Jika materi perkuliahan disusun oleh AI tanpa pengawasan ketat, risiko kesalahan informasi dan kurangnya kedalaman analisis menjadi nyata. Hal ini dapat mengurangi nilai tambah yang seharusnya diberikan oleh dosen melalui pengalaman dan pengetahuan mereka. Mahasiswa, seperti Stapleton, merasa dirugikan ketika dosen mengandalkan AI untuk tugas yang seharusnya mencerminkan keahlian mereka.
Lebih lanjut, penggunaan AI dalam pendidikan dapat mempengaruhi interaksi antara dosen dan mahasiswa. Studi menunjukkan bahwa ketergantungan pada ChatGPT dapat meningkatkan rasa kesepian di kalangan pelajar karena berkurangnya interaksi sosial yang mendalam.
Hal ini menekankan pentingnya peran dosen dalam membimbing dan berinteraksi langsung dengan mahasiswa untuk membangun lingkungan belajar yang sehat dan produktif.
Menanggapi tantangan ini, beberapa institusi pendidikan mulai mempertimbangkan kebijakan yang lebih jelas mengenai penggunaan AI.