Bukan Sekadar Pelajaran Moral, Bagaimana Seni Mengubah Wajah Pendidikan Karakter Anak ?

IST Membuat karya seni di sekolah--
BACAKORANCURUP.COM - Pendidikan karakter dalam dunia modern tidak lagi cukup hanya berfokus pada penyampaian teori moral atau sekadar mewajibkan hafalan nilai-nilai etika.
Esensi sejati dari pendidikan karakter adalah proses internalisasi nilai,seperti empati, keadilan, tanggung jawab, dan kepedulian ke dalam tindakan nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, seni hadir sebagai medium pendidikan yang transformatif. Seni bukan sekadar ekspresi kreatif atau sarana hiburan, tetapi juga merupakan alat edukatif yang efektif dalam membentuk karakter dan identitas sosial anak-anak serta remaja.
Pendidikan yang melibatkan seni mampu membuka ruang untuk refleksi diri dan pemahaman terhadap realitas sosial. Teori ethics of care yang diperkenalkan oleh Nel Noddings menekankan pentingnya relasi yang dilandasi kepedulian dan empati.
BACA JUGA:Tut Wuri Handayani Jadi Filosofi Mendalam di Balik Logo Pendidikan Indonesia yang Penuh Makna
BACA JUGA:Ketimpangan Pendidikan di Indonesia : Tantangan Menuju Indonesia Emas 2045 dan Solusi Nyata
Ketika prinsip ini diimplementasikan melalui aktivitas seni kolaboratif, seperti pertunjukan teater, kerja kelompok mural, atau musik ensambel, peserta didik terdorong untuk mendengarkan satu sama lain, menghargai pendapat berbeda, dan bekerja sama dalam harmoni.
Proses ini membentuk keterampilan sosial dan emosional yang penting dalam pendidikan karakter.
UNESCO secara konsisten menegaskan bahwa pendidikan seni meningkatkan social and emotional learning (SEL), yaitu pengembangan keterampilan seperti empati, toleransi, kesadaran budaya, serta kemampuan berinteraksi secara positif dalam komunitas multikultural.
Ketika siswa dilibatkan dalam proyek seni lintas budaya, misalnya pementasan tari dari berbagai daerah atau pembuatan karya seni bertema keberagaman, mereka bukan hanya belajar seni, tetapi juga belajar menerima perbedaan dan membangun solidaritas.
Hasil evaluasi UNESCO menunjukkan bahwa integrasi seni dalam pendidikan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kohesi sosial dan penguatan perilaku toleran.
Studi yang dilakukan oleh Cabedo‐Mas, Nethsinghe, dan Forrest (2017) di Spanyol dan Australia menunjukkan bahwa kurikulum berbasis seni berdampak langsung pada penguatan nilai-nilai perdamaian (peace education) dan pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa.
Sekolah-sekolah yang mengadopsi pendekatan seni sebagai bagian dari kurikulum inti mencatat penurunan signifikan dalam kasus perundungan, serta peningkatan rasa solidaritas dan tanggung jawab sosial antar siswa.
Pendidikan seni terbukti mampu menjangkau ranah afektif yang sering kali terabaikan dalam sistem pendidikan konvensional yang terlalu fokus pada aspek kognitif.