Gaya Hidup Kantoran Bisa Picu Stroke di Usia Muda, Ini Penjelasan Dokter !
IST Pekerja kantoran yang rentan terkena stroke ringan--
BACAKORANCURUP.COM - Usia produktif sering dianggap sebagai masa paling bersemangat dan penuh energi dalam perjalanan hidup seseorang.
Di rentang usia inilah, banyak orang sedang mengejar karier, membangun keluarga, dan berusaha mencapai berbagai target hidup. Namun di balik semangat itu, tersembunyi ancaman yang kerap luput dari perhatian, yaitu stroke ringan atau transient ischaemic attack (TIA).
Fenomena ini kini semakin sering terjadi di kalangan pekerja kantoran, terutama mereka yang berusia tiga puluhan hingga awal empat puluhan.
Rutinitas duduk berjam-jam di depan komputer, tekanan pekerjaan yang tinggi, serta pola hidup yang serba cepat menjadikan tubuh perlahan kehilangan keseimbangan.
BACA JUGA:Film Dibalik Pintu Kematian Kisah kan Teror Mencekam dari Rumah Impian yang Berubah Jadi Neraka
BACA JUGA:Musim Hujan Mulai Datang ! Ini Daftar Wilayah yang Diguyur Hujan di Oktober 2025
Selama bertahun-tahun, stroke identik dengan penyakit yang menyerang orang lanjut usia. Namun, kondisi tersebut kini berubah. Dokter spesialis kedokteran okupasi, Fani Syafani, mengungkapkan bahwa pasien stroke ringan saat ini justru banyak berasal dari kalangan muda, khususnya mereka yang sudah memasuki usia 35 tahun ke atas.
"Sekarang, stroke tidak lagi menjadi penyakit orang tua. Banyak pekerja muda yang berisiko karena gaya hidupnya tidak sehat," ujar Fani saat ditemui di Gedung Transmedia, Senin (6/10), dikutip dari Detik.
Menurutnya, akar masalah ini terletak pada ketidakseimbangan gaya hidup. Banyak pekerja muda yang kurang tidur, sering melewatkan waktu makan, dan jarang berolahraga karena tenggelam dalam rutinitas pekerjaan. Pola hidup seperti ini menciptakan tekanan kronis pada tubuh yang lambat laun meningkatkan risiko gangguan pembuluh darah.
"Tidur yang tidak cukup, makan yang tidak teratur, dan kurangnya aktivitas fisik sangat memengaruhi kondisi tubuh. Kalau dibiarkan, bisa menjadi pemicu stroke," jelasnya.
Selain itu, pola makan praktis yang didominasi makanan cepat saji juga turut memperburuk situasi. Bagi banyak pekerja kantoran, membeli fast food adalah solusi cepat di tengah padatnya jadwal. Namun kebiasaan ini sering disertai minimnya olahraga dan waktu istirahat yang cukup.
"Sering kali orang berpikir, 'Ah, cuma makan burger atau mi instan, tidak apa-apa.' Tapi kebiasaan kecil itu menumpuk. Lama-lama tubuh kehilangan keseimbangan, dan efeknya baru terasa ketika sudah terlambat," tambah Fani.
Ironisnya, gejala stroke ringan sering kali tidak disadari. Tanda-tanda seperti kesemutan di satu sisi tubuh, bicara yang terdengar pelo, atau gerakan tubuh yang tiba-tiba melambat sering dianggap hal sepele. Padahal, tubuh sedang memberi sinyal bahwa ada gangguan pada aliran darah ke otak.
"Begitu terasa kebas atau bicara mulai lambat, segera periksa ke fasilitas kesehatan. Jangan menunggu membaik sendiri," tegasnya.