Disway Gratis, Oleh: Dahlan Iskan

Ist Dahlan Iskan.--

Nyaris tidak tidur. Bersama Eka. Lalu Iwan menyiapkan server. 

Iwan sampai harus kelabakan. Hari pertama Disway terbit server-nya jebol. Terlalu banyak yang mengakses. Di luar perhitungan.

Yang hebat dari tiga orang itu: sampai sekarang masih rukun.

Masih utuh bertiga. Usahanya juga makin maju. 

"Kami baru buka kantor di Yogyakarta," ujar Gepeng. Di Jogja tenaga terampil di bidang IT sangat banyak. Pun permintaan gajinya tidak tinggi. 

Banyak anak muda mendirikan usaha bersama sesama teman sekelas. Lalu kandas. Bertengkar. Bubar. Itu karena mereka berbagi rata: sahamnya sama-sama sepertiga.

Persahabatan trio Iwan-Gepeng-Eka langgeng karena salah satu dari mereka mayoritas. 

Soal sejarah lahirnya Disway sendiri, biarlah bung Joko Intarto sendiri yang bercerita. Inilah tulisannya.  

Selamat datang era metamorfosis media.

Tema ini saya kira cocok untuk semua pelaku industri yang saat ini tengah menyiapkan perhelatan akbar: Hari Pers Nasional.

Dari luar gelanggang, saya menulis sebuah catatan. 

Saya ingat hari ini empat tahun yang lalu: Bersama Mas Ahmad Zaini, Mas Nawie, dan Mas Gepeng, kami berjibaku menyelesaikan website Disway.

Hari ini hingga tiga hari kemudian kami sibuk luar biasa.  

Tidak peduli waktu. Handphone on terus. Grup WhatsApp dengan member empat orang itu terus meng-update informasi perkembangan Disway. 

Mas Gepeng yang nama aslinya Julius mengerjakan website. Mas Nawie yang nama aslinya Edy Hermawan mengurus server. 

Tag
Share