BACAKORANCURUP.COM - Terletak di Jl. Ratu Mas Gandasari, Stasiun Prujakan menjadi saksi bisu perjalanan panjang Kota Cirebon sejak awal abad ke-20.
Dibangun pada tahun 1914 oleh Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), stasiun ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat transportasi, tetapi juga memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi Cirebon, khususnya pada masa kolonial Belanda.
Sebagai jalur utama pengangkutan hasil perkebunan terutama gula.
Stasiun Prujakan memainkan peran vital dalam memfasilitasi perdagangan lintas Jawa.Dengan arsitektur yang masih mempertahankan gaya kolonialnya, Stasiun Prujakan kini diakui sebagai bangunan cagar budaya.
BACA JUGA:Makan Pakai Sumpit? Yuk, Kenali Sejarahnya yang Bikin Penasaran
BACA JUGA:Menggali Makna! Kenapa Banyak Ikon di Kepahiang Dinamai Santoso? Simak Alasan Bersejarah!
Status ini menegaskan bahwa stasiun ini bukan sekadar tempat transit, melainkan monumen sejarah yang telah menyaksikan dinamika sosial dan ekonomi kota dari zaman ke zaman. Bagi Cirebon, Stasiun Prujakan bukan hanya tempat bersejarah melainkan juga simbol perubahan dan kemajuan kota yang tak terpisahkan dari jalur perkeretaapian nasional.
Pembangunan Stasiun Prujakan bertujuan untuk menanggulangi lonjakan volume pengangkutan yang semakin meningkat serta untuk memisahkan layanan penumpang dan barang, sebuah inovasi yang memperkuat peran Cirebon sebagai pusat perdagangan di wilayah tersebut.
Keberadaan Stasiun Prujakan tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang Kota Cirebon. Sebagai salah satu jalur penting yang digunakan kolonial Belanda, stasiun ini menjadi saksi bisu pergerakan ekonomi besar-besaran terutama di sektor perkebunan dan perdagangan gula.
Pada masa itu, Cirebon dikenal sebagai gudang komoditas penting, termasuk gula, yang menjadi andalan perekonomian Belanda. Kehadiran perusahaan swasta seperti SCS berperan besar dalam memfasilitasi distribusi komoditas ini ke seluruh penjuru Jawa.
Tidak hanya berfungsi sebagai simpul transportasi, Stasiun Prujakan juga memiliki nilai historis yang tinggi. Pada tahun 2010, melalui SK Menbudpar No: PM.58/PW.007/MKP/2010, stasiun ini resmi dinyatakan sebagai Bangunan Cagar Budaya.
Gelar tersebut memperkuat statusnya sebagai ikon bersejarah yang telah menyaksikan perubahan besar dalam wajah Kota Cirebon, mulai dari era Kesultanan Ageng Tirtayasa hingga zaman modern sekarang.
Dengan statusnya sebagai bangunan cagar budaya, Stasiun Prujakan mencerminkan jejak panjang perkembangan Cirebon, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun infrastruktur.
Dalam sejarahnya, Stasiun Prujakan memainkan peran strategis sebagai jalur vital bagi para pengusaha Belanda yang memanfaatkan jalur kereta api untuk mengangkut hasil perkebunan terutama gula.
Pada akhir abad ke-19, industri gula di Cirebon mencapai puncaknya dengan banyak pengusaha Belanda yang terlibat langsung dalam bisnis tersebut. Aktivitas di Stasiun Prujakan pun saat itu sangat sibuk karena fungsinya sebagai pusat distribusi komoditas dari berbagai daerah perkebunan di Jawa.