BACAKORANCURUP.COM- Aksara Kaganga merupakan salah satu warisan budaya yang sangat penting dalam sejarah masyarakat Rejang di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.
Sejarah aksara ini telah digunakan oleh masyarakat Rejang selama berabad-abad sebagai alat komunikasi dan penulisan dalam kehidupan sehari-hari.se
Aksara Kaganga berasal dari aksara Pallawa, yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat Rejang dan beberapa suku lainnya di Sumatra bagian selatan, seperti suku Lampung dan Kerinci.
Dalam sejarah, aksara Kaganga awalnya digunakan untuk menulis naskah-naskah kuno, mantra, dan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan adat istiadat serta kehidupan sosial masyarakat Rejang.
BACA JUGA:Surga Tersembunyi, Curug Sembilan di Bengkulu Utara yang Menyegarkan Jiwa
BACA JUGA:Keajaiban Masjid Terapung di Atas Laut, Sensasi Ibadah dengan Pemandangan yang Indah Ada di Padang!
Berdasarkan penelusuran tim Curup Ekspress Baca Koran, para ahli menjelaskan bahwa aksara ini telah ada sejak abad ke-12 Masehi dan berkembang pesat di daerah Bengkulu hingga masa penjajahan Belanda.
Sejarah aksara Kaganga ini mencatat bahwa aksara ini juga memainkan peran penting dalam penyebaran agama Hindu dan Buddha di wilayah Rejang.
Meski demikian, dalam perjalanan sejarahnya, aksara Kaganga mengalami kemunduran seiring dengan masuknya pengaruh kolonialisme dan aksara Latin yang dibawa oleh penjajah Belanda.
Aksara Latin akhirnya menggantikan penggunaan aksara Kaganga dalam administrasi dan pendidikan formal, sehingga banyak generasi muda yang tidak lagi mengenal sejarah aksara ini.
Namun, upaya pelestarian sejarah aksara Kaganga terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan komunitas budaya di Rejang Lebong.
Pentingnya memahami sejarah aksara Kaganga tidak hanya sebagai simbol identitas budaya, tetapi juga sebagai warisan sejarah yang perlu dilestarikan agar generasi mendatang tetap mengenali akar budaya mereka.
Melalui pendidikan dan berbagai program budaya, diharapkan aksara Kaganga dapat kembali dikenali dan dihargai oleh masyarakat Rejang serta menjadi bagian dari sejarah yang terus hidup di tengah perubahan zaman.