Profil Kardinal Ignatius Suharyo, Wakil Indonesia di Konklaf Pemilihan Paus 2025

IST Kardinal Suharyo menjadi satu-satunya yang memenuhi syarat dalam konklaf pemilihan Paus 2025 mewakili Indonesia, sumber foto @komsoskaj--
BACAKORANCURUP.COM - Nama Kardinal Ignatius Suharyo baru-baru ini menjadi perhatian, terutama setelah ia dinyatakan memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam konklaf pemilihan Paus baru.
Sebagai satu-satunya kardinal dari Indonesia yang berhak mengikuti proses penting ini, kehadiran Kardinal Suharyo menjadi bukti nyata atas dedikasi panjangnya dalam melayani umat Katolik, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, Gereja Katolik dunia mempersiapkan diri untuk memilih penerusnya.
Konklaf yang akan dimulai pada 6 Mei 2025 di Kapel Sistina, Vatikan, hanya bisa diikuti oleh para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun, persyaratan yang masih dipenuhi oleh Kardinal Suharyo.
BACA JUGA:Google Jual Teknologi Masa Depan ke Israel, Karyawan Ramai-ramai Melawan!
Kabar ini memicu rasa ingin tahu banyak kalangan tentang sosok Kardinal Suharyo, yang perjalanan hidup dan pelayanannya sungguh menginspirasi. Ia lahir di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada 9 Juli 1950.
Masa kecil dan remajanya dihabiskan di lingkungan pendidikan di Yogyakarta dan Magelang, sebelum akhirnya melanjutkan studi filsafat dan teologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semangat belajarnya membawanya hingga ke Roma, di mana ia menempuh pendidikan lanjut di Universitas Urbaniana dan meraih gelar doktoral.
Setelah ditahbiskan menjadi imam, Suharyo tak hanya mengabdikan diri di altar, tetapi juga aktif dalam dunia pendidikan dan pastoral.
Karier gerejawi Suharyo menanjak ketika pada tahun 1997, Paus Yohanes Paulus II menunjuknya sebagai Uskup Agung Semarang. Dalam pelayanannya, ia dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati, dekat dengan umat, serta sangat peduli terhadap pendidikan dan kesejahteraan sosial.
Pada 2009, Vatikan menunjuknya sebagai Uskup Koadjutor Keuskupan Agung Jakarta, hingga akhirnya ia resmi menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta pada 2010.
Di tengah tantangan zaman, Kardinal Suharyo konsisten mendorong nilai-nilai keadilan sosial, membangun dialog antaragama, dan memperjuangkan kehidupan bermasyarakat yang lebih harmonis.
Puncak karier rohaninya terjadi pada 5 Oktober 2019, ketika Paus Fransiskus mengangkatnya menjadi kardinal. Dalam tradisi Katolik, kardinal memiliki kedudukan penting sebagai penasihat Paus serta memiliki hak untuk memilih Paus baru dalam sebuah konklaf.
Menurut catatan dalam Kamus Sejarah Gereja karya Frederiek Djara Wellem (2004), istilah “kardinal” berasal dari kata Latin Cardo, yang berarti “engsel” atau “poros,” melambangkan posisi sentral mereka dalam struktur Gereja. Hak memilih Paus ini secara resmi diberikan kepada para kardinal dalam Konsili Lateran tahun 1179.
Keterlibatan Kardinal Suharyo dalam konklaf 2025 bukan hanya menjadi momen bersejarah bagi dirinya secara pribadi, tetapi juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi seluruh umat Katolik di Indonesia. Kehadirannya di tengah para kardinal dunia menegaskan bahwa suara Gereja Katolik Indonesia diakui dan diperhitungkan dalam percaturan global.