Mengenal Lebih Dekat Film Pembantaian Dukun Santet, Kisah Mencekam di Pesantren !

IST Cuplikan film Pembantaian Dukun Santet--

Para korban dibantai secara brutal di depan umum, seolah-olah hukum tidak lagi berlaku. Ketakutan menyebar luas, memicu kekacauan sosial yang tak terkendali.

Ketegangan semakin meningkat ketika Satrio dibuntuti oleh sosok misterius berpakaian hitam dan mengenakan penutup kepala menyerupai ninja.

Sosok ini muncul di atap bangunan dan menghilang secara tiba-tiba, seolah bukan manusia biasa. Lebih dari itu, sosok tersebut dikenal karena cara membunuhnya yang kejam, memenggal kepala korbannya tanpa ampun.

Satrio mulai menyadari bahwa bukan hanya nyawanya yang terancam, melainkan juga keselamatan keluarganya. Ia menyimpan rahasia penting yang mungkin bisa menjelaskan asal mula kekacauan ini. Jika identitas dan latar belakangnya terbongkar, maka ia bisa menjadi target selanjutnya dari amukan sosok misterius tersebut.

Awalnya, film ini menggunakan judul asli thread-nya, yaitu Lemah Santet Banyuwangi. Namun, penggunaan nama daerah itu menuai protes dari berbagai kalangan, salah satunya dari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Banyuwangi, yang menganggap judul tersebut merusak citra Banyuwangi.

Mereka menilai bahwa tragedi 1998 yang menjadi latar kisah ini bukan sekadar isu santet, melainkan juga mencakup dinamika sosial, ketegangan politik, dan pelanggaran hak asasi manusia yang kompleks.

Merespons kritik tersebut, MD Pictures selaku rumah produksi akhirnya memutuskan untuk mengganti judul film menjadi "Pembantaian Dukun Santet", menyesuaikan dengan tajuk-tajuk berita pada masa kejadian aslinya.

Perubahan judul ini sekaligus diiringi dengan penundaan jadwal rilis film ke tanggal 8 Mei 2025, demi memberikan ruang promosi yang lebih matang.

Film ini menampilkan sejumlah bintang muda dan senior berbakat Indonesia, seperti Kevin Ardilova, Aurora Ribero, Kaneishia Yusuf, Iqbal Sulaiman, Siti Aziizah Chairunnisa, Sasya Anastaysa, Teuku Rifnu Wikana, Ariyo Wahab, Totos Rasiti, Annisa Hertami, Pritt Timothy, dan Sapta Taliwang.

Film ini tidak hanya menawarkan sensasi horor, tapi juga mengajak penonton merenungi betapa tipisnya batas antara ketakutan, fitnah, dan kekerasan massal.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan