Ringgit Malaysia Tetap Unggul Ditengah Kenaikan Dolar AS, Ini Alasannya!

Ilustrasi Net--
BACAKORANCURUP.COM - Ringgit Malaysia mencatatkan kinerja luar biasa sebagai mata uang dengan performa terbaik di dunia terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, ringgit menguat sebesar 14,35% terhadap dolar AS, melampaui emas yang naik 14,2% pada periode yang sama.
Analis senior MUFG Bank, Lloyd Chan, menyatakan bahwa penguatan ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi Malaysia dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS.
Ia juga memprediksi bahwa ringgit berpotensi mencapai rekor tertinggi lima tahun sebesar RM4 per dolar AS pada akhir tahun, asalkan sentimen pasar tetap positif terhadap mata uang Asia dan pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebesar 50 basis poin terealisasi.
BACA JUGA:Rekomendasi Smartwatch Murah dengan Fitur Pemantau Menstruasi, Cocok untuk Perempuan Aktif !
BACA JUGA:Menlu AS Kembali Telepon Netanyahu, Bahas Krisis Gaza dan Nasib Sandera
Keberhasilan ringgit tidak lepas dari strategi dedolarisasi yang diterapkan oleh Malaysia. Negara ini aktif mempromosikan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral, seperti kerja sama dengan China dalam pembentukan Asian Fund untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Langkah ini sejalan dengan upaya negara-negara ASEAN lainnya, termasuk Indonesia dan Singapura, yang juga mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional.
Bank Indonesia (BI) turut mendukung tren dedolarisasi dengan menjalin kerja sama penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral dengan beberapa negara, termasuk Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Singapura.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menekankan pentingnya memperkuat kerja sama di antara negara-negara ASEAN+3 dalam konektivitas pembayaran untuk menjaga stabilitas keuangan di tengah kondisi global yang tidak menentu.
Namun, dedolarisasi juga membawa tantangan tersendiri. Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, mengingatkan bahwa Indonesia perlu mengantisipasi dampak dari tren ini, terutama terkait volatilitas mata uang yang masuk dalam kerja sama Local Currency Settlement (LCS).
Diversifikasi mata uang dalam transaksi memang dapat mengurangi risiko, namun juga memerlukan kesiapan sistem keuangan domestik untuk menghadapi fluktuasi nilai tukar.
Sementara itu, penguatan ringgit juga didukung oleh peningkatan investasi asing di Malaysia, terutama di sektor data center.
Penasihat Khusus Presiden Prabowo di bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, menyatakan bahwa Indonesia tertinggal jauh dibandingkan Malaysia dalam menarik investasi di bidang ini