
BACAKORANCURUP.COM - Di antara banyak kuliner Jepang yang mendunia, yakitori menjadi salah satu yang cukup dekat dengan lidah masyarakat Indonesia. Hidangan ini menyerupai sate, makanan yang sangat akrab bagi orang Indonesia.
Namun, yakitori memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi bahan, cara penyajian, hingga budaya di baliknya.
Yakitori secara harfiah berarti "ayam panggang". Hidangan ini merujuk pada potongan daging ayam yang ditusuk dengan tusukan bambu dan dipanggang, biasanya di atas bara api. Di Jepang, yakitori lebih dari sekadar makanan ringan, ia merupakan bagian dari budaya bersantai di malam hari, terutama bagi para pekerja yang ingin melepas penat.
Biasanya, yakitori disajikan di izakaya, semacam bar atau kedai yang menyajikan makanan ringan dan minuman beralkohol.
Kedai ini ramai pada malam hari dan menjadi tempat berkumpul yang hangat dan santai. Sambil menikmati segelas bir atau sake, orang Jepang akan menyantap tusukan yakitori hangat yang baru saja dipanggang. Suasana yang tercipta sangat khas, akrab, riuh, dan mengundang selera.
Selain izakaya, yakitori juga umum dijumpai di warung kaki lima atau festival musiman. Aroma bakaran arang yang menggoda menjadi daya tarik tersendiri yang mengundang siapa saja untuk mampir mencicipi.
Meski namanya mengacu pada ayam, bahan utama yakitori ternyata cukup beragam. Tidak hanya menggunakan daging ayam utuh, bagian-bagian lain yang biasanya jarang diolah dalam masakan Barat justru menjadi favorit, seperti kulit (kawa), hati, ampela, jantung, hingga leher dan ekor ayam (bonjiri) bisa ditemukan dalam berbagai jenis yakitori.
Masing-masing bagian memberikan tekstur dan rasa yang unik, membuat pengalaman makan semakin menarik.
Di luar ayam, beberapa jenis yakitori juga menggunakan bahan lain seperti daging babi (yang disebut yakiton), sapi, hingga daging kuda di beberapa daerah Jepang. Ada juga variasi yang menggunakan bahan nabati seperti jamur shiitake atau enoki, serta sayuran seperti paprika dan daun bawang.
Proses pembuatan yakitori tidak serumit kelihatannya, tapi memerlukan keahlian agar hasilnya sempurna. Potongan daging disusun rapi pada tusuk bambu, kemudian dipanggang di atas arang dengan suhu yang dijaga konsisten.
Beberapa jenis yakitori dimasak dengan saus manis asin berbahan dasar kecap (disebut tare), sementara yang lain cukup ditaburi garam saja (shio), tergantung pada jenis daging dan selera.
Saus tare umumnya dibuat dari campuran kecap asin, mirin, gula, dan sake. Saus ini memberikan lapisan rasa yang kaya dan sedikit karamel ketika dipanggang. Saat daging menyentuh bara dan saus mulai meleleh, aroma gurih yang muncul menjadi bagian tak terpisahkan dari kenikmatan yakitori.
Yakitori memang terkesan sebagai makanan kasual, tetapi ada tata cara tersendiri dalam menyantapnya. Karena disajikan dalam tusukan bambu, sebaiknya dinikmati dengan memiringkan tusukan ke samping, bukan langsung digigit dari depan agar lebih aman.
Pengalaman makan yakitori juga disarankan dimulai dari rasa yang paling sederhana. Cicipi terlebih dahulu tusukan yang hanya dibumbui garam untuk merasakan keaslian cita rasa daging. Setelah itu, anda bisa mencoba yang menggunakan saus tare atau menambahkan bubuk shichimi jika ingin sensasi pedas.
Satu hal penting yaitu tusukan yang sudah selesai digunakan tidak boleh diletakkan sembarangan. Biasanya tersedia wadah khusus di meja makan untuk menampung tusuk yang telah kosong, hal ini mencerminkan etika makan dan kebersihan yang dijunjung tinggi dalam budaya Jepang.