Baca Koran curupekspress Online - bacakorancurup.com

Fakta Menarik ! Ini Alasan Hewan Tanpa Otak Tetap Bisa Bergerak dan Beradaptasi

IST Ubur-ubur menjadi salah satu hewan yang hidup tanpa otak--

BACAKORANCURUP.COM - Makhluk hidup seperti bintang laut, ubur-ubur, bulu babi, dan anemon laut termasuk organisme unik yang hidup tanpa otak.

Meski begitu, mereka mampu melakukan berbagai tindakan yang tampak kompleks yaitu bergerak, menangkap mangsa, merasakan bahaya, hingga menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Kemampuan ini memunculkan pertanyaan menarik, bagaimana mereka bisa melakukan itu semua tanpa otak ? Dan lebih jauh lagi, apakah mungkin mereka "berpikir" ?

Menurut Simon Sprecher, profesor neurobiologi dari Universitas Fribourg, ketiadaan otak tidak berarti hewan sama sekali tidak memiliki sistem saraf. Ia menegaskan bahwa hampir semua hewan memiliki neuron, kecuali beberapa organisme paling sederhana seperti spons laut dan placozoa. Dengan kata lain, hewan tanpa otak tetap memiliki sel saraf yang dapat mengirim dan menerima sinyal.

BACA JUGA:Hentikan Risiko Pneumonia pada Anak ! Ikuti Rekomendasi Dokter Respirologi Ini

BACA JUGA:Mayoritas Warga Indonesia Habiskan Rp100 Ribu per Bulan untuk Internet, Ini Temuan APJII 2025 !

"Tidak punya otak bukan berarti tidak memiliki neuron," jelasnya dalam wawancara dengan Live Science.

Tamar Lotan, Kepala Laboratorium Biologi Perkembangan dan Ekologi Molekuler Cnidaria di Universitas Haifa, menambahkan bahwa hewan seperti ubur-ubur, anemon laut, dan hydra memiliki jaringan saraf yang tersebar di seluruh tubuh. Disebut "diffuse nerve net", jaringan saraf ini memungkinkan mereka memproses informasi secara terdistribusi, tidak terpusat seperti otak, tetapi tersebar di berbagai bagian tubuh.

Jaringan saraf yang sederhana ini ternyata mampu menghasilkan respons yang tampak terkoordinasi, seperti berenang, berkontraksi, menyengat mangsa, atau memindahkan tubuh untuk menghindari bahaya. Sistem ini bekerja layaknya pusat kendali mini yang tersebar, di mana setiap bagian tubuh dapat menerima informasi dan merespons sesuai kebutuhan.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemampuan mereka jauh lebih kompleks daripada sekadar gerakan refleks. Tim yang dipimpin Sprecher menemukan bahwa anemon laut bintang (Nematostella vectensis) mampu membentuk memori asosiatif. Dalam eksperimen, anemon dilatih untuk menghubungkan kilatan cahaya yang tidak berbahaya dengan kejutan ringan. Setelah beberapa kali pengulangan, anemon mulai bereaksi terhadap cahaya saja, seolah-olah cahaya tersebut sudah cukup menjadi tanda bahaya.

Temuan ini menunjukkan bahwa hewan tanpa otak dapat belajar melalui asosiasi, kemampuan yang selama ini diasosiasikan dengan hewan yang memiliki otak sederhana.

Percobaan lain menemukan bahwa anemon mampu mengenali tetangga yang memiliki kesamaan genetik. Setelah pertemuan berulang, mereka menahan perilaku agresifnya. Perubahan perilaku ini mengisyaratkan kemampuan "membedakan diri dan bukan diri", sesuatu yang dianggap tingkat lanjut dalam perilaku hewan.

Penelitian terpisah oleh Jan Bielecki dari Universitas Kiel menunjukkan bahwa ubur-ubur kotak dapat mengaitkan petunjuk visual dengan sensasi fisik menabrak objek. Asosiasi ini membantu mereka menghindari rintangan saat berenang. Bielecki menyimpulkan bahwa pembelajaran dapat terjadi melalui mekanisme yang sangat sederhana, bahkan mungkin cukup dengan satu neuron yang menyesuaikan responsnya berdasarkan pengalaman.

Meski perilaku tersebut tampak seperti bentuk pemikiran, para ilmuwan berhati-hati dalam menggunakan istilah "berpikir". Sprecher menilai istilah itu terlalu luas dan bergantung pada disiplin ilmu yang menggunakannya. Psikolog, ahli saraf, dan ahli biologi masing-masing memiliki definisi berbeda tentang apa yang disebut berpikir.

Karena itu, banyak peneliti memilih menggunakan istilah kognisi, yaitu proses memanfaatkan informasi dari lingkungan untuk mengambil keputusan atau melakukan tindakan tertentu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan