Mengintip Keunikan Kopi Turkiye, Seduhan Pasir Panas yang Mendunia
Kopi Turkiye dengan cara penyajiannya yang unik--
BACAKORANCURUP.COM - Pusat Kebudayaan Turkiye di Indonesia kembali menyelenggarakan perayaan Turkish Coffee Day pada Jumat (5/12/2025).
Acara ini telah menjadi agenda tahunan yang selalu dinantikan, karena tidak hanya memperkenalkan minuman khas Turkiye, tetapi juga mengajak masyarakat Indonesia merasakan pengalaman budaya yang kaya dan penuh makna.
Turkish Coffee Day diperingati sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi minum kopi Turkiye yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda, sebuah pengakuan atas nilai sejarah dan sosial yang melekat pada praktik tersebut.
Menariknya, Turkiye bukanlah negara penghasil biji kopi. Namun, Turkiye justru dikenal di seluruh dunia karena cara penyeduhannya yang unik dan telah berkembang sejak abad ke-16, ketika kopi pertama kali diperkenalkan dari Yaman.
Sejak saat itu, kopi tidak sekadar menjadi minuman, tetapi berubah menjadi simbol keramahan, percakapan, dan hubungan antarmanusia di berbagai lapisan masyarakat Turki.
BACA JUGA:ATR/BPN Ungkap Modus Baru Mafia Tanah, Pemerintah Siapkan Langkah Tegas
BACA JUGA:Anti Hilang, Anti Rusak ! Sertifikat Tanah Elektronik Jadi Solusi Masa Kini
"Kami percaya kopi Turkiye itu istimewa karena memiliki kemampuan untuk menyatukan orang dan mempertemukan budaya," kata Duta Besar Turkiye, Talip Küçükcan, dalam sambutannya. Baginya, secangkir kopi dapat membuka ruang dialog yang hangat, bahkan antara orang yang baru saling mengenal.
Dalam tradisi Turkiye, minum kopi adalah bagian dari kehidupan sosial sehari-hari. Proses penyajiannya dilakukan dengan penuh kesabaran dan perhatian, karena kopi Turkiye dikenal memiliki tekstur pekat dan aroma kuat yang hanya bisa dicapai melalui metode penyeduhan yang perlahan.
Kopi biasanya diminum bersama seseorang yang dekat, seperti keluarga, sahabat, atau kolega. Di balik secangkir kopi itu, percakapan bisa mengalir panjang, mulai dari urusan rumah tangga, isu sosial, hingga politik. Aktivitas sederhana ini menjadi ruang untuk saling memahami dan berinteraksi secara lebih mendalam.
Sejarah juga mencatat bahwa pada masa Kekaisaran Ottoman, kedai kopi berkembang menjadi pusat kehidupan intelektual. Tempat-tempat itu menjadi ruang publik di mana para pemikir, seniman, pedagang, dan masyarakat umum berkumpul untuk bertukar ide.
Kebiasaan berdiskusi yang tumbuh subur di kedai kopi Ottoman bahkan disebut-sebut memengaruhi budaya dialog publik di Eropa pada abad ke-17 hingga 18. Dengan demikian, kopi Turkiye bukan hanya minuman, melainkan bagian dari perjalanan sejarah yang turut membentuk pola komunikasi masyarakat.
Keunikan kopi Turkiye terletak pada proses pembuatannya. Biji kopi digiling hingga sangat halus, lebih halus daripada bubuk kopi pada umumnya, lalu direbus perlahan dalam panci kecil khusus bernama cezve. Berbeda dari metode penyeduhan di banyak negara, kopi Turkiye tidak disaring.
Karena itu, ampas kopi tetap berada di bagian bawah cangkir, menciptakan tekstur yang lebih pekat dan cita rasa yang lebih intens. Proses ini dianggap sebagai seni tersendiri, karena membutuhkan ketelitian agar kopi tidak terlalu mendidih dan tetap menghasilkan buih tipis yang menjadi tanda kualitas seduhan.