Ini Alasan Kenapa Kamu Harus Beralih dari Spatula Plastik ke Silikon atau Kayu

Mikroplastik yang sangat kecil ini dapat tercampur dengan makanan tanpa disadari. Setelah masuk ke dalam tubuh, partikel ini dapat menembus lapisan usus, masuk ke aliran darah, kemudian mengendap di organ atau jaringan tubuh tertentu.

"Mikroplastik yang mengendap bisa memicu stres oksidatif dan peradangan kronis," jelas Diah.

Stres oksidatif adalah kondisi saat tubuh memproduksi radikal bebas berlebih, sehingga menyebabkan kerusakan sel. Sementara peradangan kronis dapat menjadi akar dari berbagai penyakit seperti gangguan imun, penyakit metabolik, hingga masalah kardiovaskular.

Melihat berbagai risiko tersebut, Diah menyarankan masyarakat untuk mulai memilih spatula berbahan silikon atau kayu sebagai alternatif yang lebih aman. Menurutnya, silikon murni bersifat stabil pada suhu tinggi, tidak mudah bereaksi, dan tidak melepaskan bahan kimia berbahaya.

"Silikon yang murni tidak memicu stres oksidatif atau gangguan hormonal, sehingga aman digunakan dalam jangka panjang," katanya.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa tidak semua silikon di pasaran benar-benar murni. Banyak produk spatula silikon berharga sangat murah yang ternyata telah dicampur dengan plastik untuk menekan biaya produksi. Campuran plastik ini membuat kualitas silikon menurun dan tetap berpotensi melepaskan zat berbahaya saat dipanaskan.

Untuk menghindari risiko tersebut, Diah memberi beberapa tanda yang bisa diperhatikan, seperti perubahan warna pada silikon, harga yang terlalu murah tidak masuk akal, serta bau kimia yang menyengat.

"Jika silikon berubah warna, terlalu murah, atau berbau kimia menyengat, kemungkinan besar mengandung campuran plastik," tegasnya.

Dengan memahami bahaya yang mungkin timbul dari penggunaan spatula plastik, masyarakat diharapkan bisa lebih bijak dalam memilih peralatan masak. Meski terlihat sederhana, pilihan alat dapur dapat memberikan dampak besar terhadap kesehatan keluarga dalam jangka panjang.