Konflik Antar Budaya di dunia Modern: Tantangan dan Solusi

Ilustrasi Net--

BACAKORANCURUP.COM - Keberagaman Masyarakat Indonesia terlihat kurang lebih 300 suku bangsa yang bertempat di 13.677 kepulauan Indonesia yang tentunya memliki banyaknya suku, budaya, dan bahasa. 

Banyaknya budaya tersebut lantas memberikan ciri khas keberagaman Indonesia, tak lantas keberagaman tersebut memicu konflik tak terhindarkan.

Di era setelah runtuhnya orde baru ditemukan Masyarakat yang terpecah menjadi beberapa bagian diantaranya adalah tradisionalis, sosialis, atheis, komunis, Islamis, moderat, tradisionais, dan seterusnya. 

Keberagaman Masyarakat Indonesia, terutama di dalam perkembangan dunia digital menyebabkan banyak konflik sosial yang terjadi bahkan tidak mencakup konflik di atas. 

Tantangan dalam komunikasi antar budaya di Indonesia menghantarkan beberapa istilah seperti stereotype yakni prasangka terhadap suku atau agama yang bersifat subjektif, etnosentrisme yakni mengganggap bahwa budayanya sendiri merupakan tolah ukur dari budaya lain, prejudice yakni sikap yang berlebihan terhadap suatu etnis.

BACA JUGA:Jejak Terompah, Dari Alas Kaki Tradisional hingga Menjadi Simbol Warisan Budaya !

BACA JUGA:Menjelajahi Keajaiban Dieng!Negeri di Atas Awan dengan Pesona Matahari Terbit dan Festival Budaya

Tantangan tersebut menjadi tolak ukur bahwasanya keberagaman bahasa di Indonesia selain memberikan dampak yang baik karena memiliki kenekaragaman juga pastinya memberikan dampak bagi Masyarakat karena kurangnya pemahaman antar etnis.

Solusi apabila telah tidak ditemukannya jalan keluar dalam suatu konflik adalah dengan memanfaatkan fungsi hukum sebagai alternatif penyelesaian konflik mendalam dan peranan hukum dalam Masyarakat yang berbentuk multibudaya.  

Dalam sebuah penelitian dianalisis utas yang berisi konflik overstay Kristen gray di twitter yang mengundang konflik karena mengajak WNA untuk tinggal di Bali yang mengundang kontroversi terhadap Warganet.

Dalam penelitian tersebut menganalisis warganet dan Black America dengan menggunakan teori negosiasi wajah (face Negotiation), ditemukannya bahwasanya Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan individualis, self;face, dan menggunakan pendekatan dominan dalam manajemen konflik.

Black American dalam sikapnya menghadapi permasalahan adalah dengan mempertahankan identitas kolektif yang kuat, dengan menunjukkan rasa solidaritas yang tidak berubah. 

Hal ini menunjukkan perubahan dalam Masyarakat atau warganet berinteraksi di media sosial, yang dipengaruhi oleh perubahan budaya digital dan identitas global yang lebih fleksibel

Tag
Share