Jalan Kaya Lo Kheng Hong, "Hindari Menabung, Pilih Saham"

IST Lo Kheng Hong--
BACAKORANCURUP.COM - Kita semua pasti pernah mendengar pepatah lama "hemat pangkal kaya". Pepatah ini menekankan pentingnya menyisihkan penghasilan agar keuangan tetap aman dan stabil di masa depan.
Menabung di bank pun kerap dianggap sebagai langkah paling aman dalam mengelola keuangan. Namun, pandangan ini justru ditentang oleh investor kenamaan Indonesia, Lo Kheng Hong.
Menurut pria yang dijuluki sebagai "Warren Buffett Indonesia" ini, menyimpan uang di bank bisa menjadi jebakan yang tak terlihat. Ia berpendapat bahwa menabung justru berisiko membuat seseorang kehilangan nilai uang secara perlahan.
“Menyimpan uang di bank sebenarnya membuat kita miskin pelan-pelan karena nilai uang terus berkurang dari waktu ke waktu,” ungkap Lo Kheng Hong saat menjadi pembicara di acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) beberapa waktu lalu.
BACA JUGA:Tragis! Sandal Jepit Jadi Pemicu Pembunuhan Remaja di Lampung Tengah
BACA JUGA:Ini Laptop Lenovo Terbaik dengan Harga 5 Jutaan di Bulan Mei 2025 Yang Direkomendasikan!
Pandangan tersebut bukan tanpa alasan. Dengan tingkat inflasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, daya beli uang yang disimpan di bank ikut tergerus.
Bunga tabungan yang rendah tidak mampu menutupi inflasi, sehingga uang yang disimpan justru kehilangan nilainya.
Selain menolak menaruh uang di bank, Lo Kheng Hong juga menghindari investasi dalam bentuk obligasi dan emas. Menurutnya, obligasi tidak memberikan imbal hasil yang memadai, sedangkan emas tidak menghasilkan pendapatan sama sekali. “Saya juga tidak membeli emas,” ujarnya singkat.
Baginya, satu-satunya instrumen yang layak dipilih adalah saham. Alasannya sederhana karena saham telah membuktikan dirinya sebagai kendaraan paling efektif dalam membangun kekayaan. Pengalamannya pun berbicara banyak.
Kesuksesan besar Lo Kheng Hong dimulai dari investasi cerdasnya pada saham PT United Tractors Tbk (UNTR)
Di tahun 1998, ketika kondisi ekonomi Indonesia tengah dilanda krisis moneter, UNTR mencatatkan kerugian bersih hingga Rp1 triliun. Namun, alih-alih menjauhi saham ini, Lo justru melihat peluang.
Ia menganalisis laporan keuangan dan menemukan bahwa kerugian tersebut terjadi akibat tekanan nilai tukar, bukan karena kinerja operasional perusahaan yang buruk. Dengan pendapatan UNTR yang saat itu berkisar antara Rp2 triliun hingga Rp4 triliun serta laba operasional sekitar Rp1 triliun, ia melihat potensi pemulihan besar.
Keputusannya terbukti jitu. Saham UNTR melonjak tajam seiring pulihnya perekonomian dan stabilnya nilai tukar. Lo Kheng Hong berhasil meraup keuntungan hingga 5.900% dari investasi ini, pencapaian luar biasa yang menjadi batu loncatan dalam perjalanan investasinya.