Heboh Air Aqua Disebut dari Sumur Bor, Begini Fakta di Baliknya !
Air minum dalam kemasan dengan brand Aqua yang sedang menjadi perhatian publik--
BACAKORANCURUP.COM - Belakangan, publik dibuat heboh oleh video kunjungan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ke salah satu pabrik Aqua.
Dalam konten tersebut, tampak sang gubernur melihat langsung proses produksi air minum dalam kemasan (AMDK) itu. Namun, dari sinilah muncul perdebatan, banyak warganet yang mengira sumber air yang digunakan Aqua ternyata hanyalah air dari sumur bor biasa.
Tak butuh waktu lama, pihak Aqua pun memberikan klarifikasi. Mereka menegaskan bahwa air yang digunakan berasal dari "akuifer dalam", bukan sekadar air tanah biasa yang diambil dari permukaan.
Istilah ini kemudian memunculkan rasa penasaran publik, apa sebenarnya yang dimaksud dengan akuifer dalam, dan apakah berbeda dengan sumur bor rumah tangga ?
BACA JUGA:Olahraga Sering Bikin Kram Otot ? Ternyata Ini yang Kurang dari Pola Makanmu !
BACA JUGA:Catat Tanggalnya ! Inilah Jadwal Fenomena Langit Paling Indah Sepanjang November 2025
Menurut Rachmat Fajar Lubis, peneliti hidrologi dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, BRIN, sumber air di alam terbagi menjadi tiga jenis utama, yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah. Dari ketiganya, air tanah merupakan sumber yang paling banyak dimanfaatkan, termasuk oleh industri AMDK.
"Air tanah sendiri terbagi menjadi dua karakter," jelasnya mengutip dari detikcom.
"Pertama adalah air tanah bebas, yaitu air tanah yang tekanannya sama dengan udara di sekitarnya. Letaknya dekat dengan permukaan, dan sering dikenal sebagai air tanah dangkal."
Air tanah bebas ini mudah terpengaruh kondisi cuaca. Saat hujan deras, air bisa meluap dan menyebabkan banjir. Sebaliknya, di musim kemarau, debit airnya bisa menyusut drastis bahkan mengering. Jenis inilah yang paling sering digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari melalui sumur gali atau sumur bor dangkal karena lebih mudah diakses.
Namun, berbeda dengan air tanah dangkal, ada pula air tanah tertekan yang letaknya jauh lebih dalam. Jenis inilah yang disebut sebagai akuifer dalam. Lapisan ini terlindung oleh batuan kedap air di atasnya, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh kondisi permukaan maupun perubahan musim.
"Air tanah tertekan tetap bisa mengalir meskipun kemarau panjang. Itulah sebabnya beberapa sungai tetap berair meski curah hujan rendah," tutur Rachmat.
Karena berada di kedalaman yang cukup jauh, pengambilan air dari akuifer dalam tidak bisa dilakukan sembarangan. Prosesnya memerlukan izin resmi dan dikenai pajak air tanah sesuai peraturan pemerintah. Hal ini untuk memastikan pemanfaatan sumber daya air tetap berkelanjutan dan tidak merugikan masyarakat sekitar.
Peneliti BRIN itu juga menjelaskan bahwa baik mata air alami maupun air yang diambil melalui pengeboran sebenarnya bisa berasal dari lapisan akuifer yang sama. Bedanya terletak pada cara pengambilan dan pengelolaannya.