Kenapa Banyak Orang Bersih-bersih Saat Stres ? Ini Penjelasan Psikologinya
Kebiasaan bersih-bersih saat merasa sedang stres--
BACAKORANCURUP.COM - Banyak orang tanpa sadar memilih untuk bersih-bersih ketika sedang stres. Fenomena ini kian sering dibahas dalam psikologi modern karena ternyata memiliki penjelasan ilmiah yang cukup mendalam.
Para peneliti dari University of Connecticut menjelaskan bahwa kegiatan merapikan atau menata ruangan dapat memberikan rasa kendali, terutama saat seseorang merasa kewalahan oleh situasi yang tidak bisa mereka atur. Ketika hidup terasa kacau, memiliki satu hal yang bisa dikelola seperti membereskan kamar atau menyapu lantai, sering kali memberi rasa aman dan stabil.
Lingkungan yang rapi ternyata berperan besar dalam meringankan beban mental. Saat pikiran sedang kalut oleh tekanan emosional, ruang yang tertata membantu menciptakan suasana yang lebih tenang dan terstruktur.
Aktivitas fisik yang dilakukan saat membersihkan juga memicu pelepasan endorfin, hormon yang dikenal sebagai "hormon bahagia". Inilah alasan mengapa setelah selesai merapikan sesuatu, banyak orang merasa lebih lega atau bahkan semangatnya kembali muncul.
BACA JUGA:Akhir Tahun 2025, ATR/BPN Terapkan Sistem FIFO untuk Percepat Layanan Pertanahan
BACA JUGA:Fitur-Fitur Sentuh Tanahku yang Wajib Anda Ketahui untuk Urus Tanah Lebih Mudah !
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Personality and Individual Differences, peneliti menemukan bahwa aktivitas sederhana seperti menyapu lantai, mengelap meja, atau merapikan benda-benda kecil, dapat membantu menurunkan ketegangan fisik. Kegiatan tersebut memberi efek relaksasi karena tidak membutuhkan fokus intens, tetapi tetap memberikan rasa produktif. Ritme gerakan yang berulang membuat tubuh masuk ke pola yang stabil, sehingga pikiran pun terdorong untuk lebih rileks.
Gerakan membersihkan yang repetitif ini sering digambarkan sebagai bentuk "grounding". Grounding adalah teknik psikologis yang membantu seseorang kembali ke kondisi stabil ketika emosi sedang naik.
Saat tangan sibuk merapikan barang atau mengelap permukaan meja, perhatian seseorang perlahan kembali ke tubuh dan momen saat ini. Psikolog somatik menyebut bahwa rutinitas yang dilakukan berulang-ulang membantu otak memproses emosi yang datang tiba-tiba, sehingga seseorang bisa merespons dengan lebih tenang.
Tidak mengherankan jika banyak orang memilih untuk menyapu, mengelap, atau merapikan lemari ketika mereka sedang gelisah. Aktivitas tersebut bukan sekadar kegiatan rumah tangga, melainkan cara tubuh mengatur ulang diri sendiri.
Selain efek emosional, kebersihan dan kerapian juga berpengaruh pada kemampuan fokus. Penelitian dari Princeton Neuroscience Institute menunjukkan bahwa terlalu banyak benda dalam satu ruangan dapat membebani proses visual, sehingga otak lebih cepat lelah dan konsentrasi menurun.
Ketika ruangan berantakan, otak harus bekerja lebih keras untuk menyaring informasi yang tidak penting. Dengan mengurangi kekacauan, otak dapat bekerja lebih efisien dan seseorang merasa lebih mampu mengendalikan situasi.
Selain itu, rasa puas setelah melihat ruangan yang berubah dari semrawut menjadi tertata merupakan pengalaman positif yang nyata. Ketika stres terasa abstrak dan sulit ditangani, melihat perubahan fisik yang konkret memberikan perasaan pencapaian. Efek ini sering kali membantu menstabilkan emosi dan memunculkan semangat baru untuk menghadapi masalah lain.
Jika dilakukan dengan sadar dan perlahan, kebiasaan bersih-bersih bahkan dapat menjadi bentuk mindfulness. Dengan memusatkan perhatian pada gerakan tangan yang mengelap atau suara sapu yang menyentuh lantai, tubuh dan pikiran memasuki keadaan yang lebih tenang.