Muncul Poster Gibran Sebagai Pengganti Airlangga, Hasto PDIP: Menunjukan Motif-Motif Politik!
ist Muncul poster Gibran Rakabuming Raka jadi ketum Golkar.--
BACAKORANCURUP.COM - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto buka suara soal munculnya poster atau selebaran Gibran Rakabuming Raka sebagai pengganti Airlangga Hartarto untuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar.
Hasto tegas menyatakan jika hal itu merupakan motif politik di tengah gonjang ganjing partai Golkar.
"Itu juga menujukkan suatu motif-motif politik. Sehingga kemudian ada yang menggunakan itu bagi kepentingan kekuasaan tadi," ujarnya di Jakarta yang dikutip pada Senin, 12 Agustus 2024.
Maka dari itu, kata Hasto, PDIP mendoakan agar setiap partai politik betul-betul dapat menjaga kedaulatannya yang berada di tangan anggota.
"Kedaulatan itu bukan berada di pucuk kekuasaan," tuturnya.
BACA JUGA:Terancam Batal Berlaga di Pilkada, Khoirudin Ceritakan Penawaran yang Ditolak Anies
Kemudian, awak media menyoroti dinamika politik yang terjadi di era sekarang. Apakah hal tersebut bisa dikatakan sedang menyerang partai politik lain, atau bahkan penjahan modern.
Hasto pun menjawab, dan mengkaitkannya dengan tragedi Bung Karno yang pada saat zaman kolonial selalu diadili.
"Ini bukan penjajahan modern, zaman bung Karno dulu jg menggunakan hukum kolonial. Bung Karno diadili, dipenjara di sukamiskin, Bancai, kemudian dijauhkan dari rakyat, dibuang ke ende," urainya.
"Tapi bagi seorang politisi yang menempuh jalan keyakinan bahwa politik itu kehidupan itu untuk kemajuan rakyat, bangsa, dan negara, apapun yang dihadapi akan selalu tegar," sambungnya.
Hasto pun mengutip pernyataan Bung Karno yang menyatakan, 'Saya masuk penjara dengan kepala tegak, saya keluar dengan kepala lebih tegak'.Meski begitu, lanjut Hasto, bagi PDIP sejarah perjuangan membuktikan bahwa tidak ada kekuasaan yang abadi.
"Meskipun bentuk-bentuk penjajahan baru dengan menggunakan hukum itu terjadi, tapi sejarah Perjuangan kita membuktikan tidak ada kekuasaan yang langgeng, apalagi apabila kekuasaan itu dibangun dengan intimidasi, dengan kepentingan sempit," tukasnya