BACAKORANCURUP.COM - Kota Bengkulu memiliki banyak pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, salah satunya adalah Santoso Surjaatmadja atau biasa disebut dengan Pahlawan Santoso.
Ia dikenal sebagai sosok yang gigih dalam memperjuangkan hak dan kebebasan rakyat di daerah Kepahiang.
Letnan Kolonel Santoso Surjaatmadja lahir di Magelang pada tahun 1920 dan pindah ke Kepahiang bersama pamannya saat masih kecil dan sekarang nama beliau sekarang menjadi sejarah abadi sebagai bukti perjuangannya.
Ia menyukai musik dan bergabung dengan kelompok musik Melayu Gamat dan Orkes Kamar di Curup. Selain itu, beliau juga belajar bela diri tradisional Rejang yaitu sterlak.
BACA JUGA:Enam Tusuk Sate, Simbol Sejarah Kolonial yang Mengukuhkan Identitas Gedung Sate
Setelah menyelesaikan pendidikan hingga kelas 4 di Kepahiang dan melanjutkan ke Holandsch Inlandsche School (HIS) Taman Siswa di Curup yang merupakan pendidikan yang cukup tinggi pada masanya.
Setelah lulus dari HIS, Letnan Kolonel Santoso menjadi guru bantu di HIS Taman Siswa dan kemudian mengajar di Sekolah Rakyat Kelas II Rejang Setia di Curup.
Berasal dari keluarga kaya dan terpandang hingga ia terpilih untuk mengikuti pendidikan militer Giyugun yang didirikan oleh Jepang di Pagar Alam bersama tokoh-tokoh perjuangan lainnya.
Pada Agustus 1941, Letnan Kolonel Santoso menikah dengan Aisyah seorang perempuan dari Kepahiang dan mereka memiliki tiga anak yakni Bambang Setiawan, Gunawan, dan Pertiwi.
Letnan Kolonel Santoso gugur sebagai pahlawan pada 23 November 1945 di Kabupaten Kepahiang saat anak ketiganya masih dalam kandungan dan dikembumikan di Makam Letnan Kolonel Santoso di Pemakaman Umum di Kota Kepahiang (Akan segera dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kabupaten Kepahiang yang baru dibangun).
Setelah kepergiannya, istri dan anak-anaknya tinggal di Komplek Kodim Rejang Lebong dan kemudian pindah kembali ke Semarang pada 1950 atas permintaan keluarga di Jawa.
Letnan Kolonel Santoso dikenang sebagai pahlawan pejuang kemerdekaan Indonesia dan kisah hidupnya telah disetujui oleh keluarganya serta ditulis oleh Sastrawan Kepahiang, Emong Soewandi.
Sejak muda, Santoso sudah menunjukkan semangat juang yang tinggi.
Ia aktif terlibat dalam organisasi pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan. Dalam menghadapi penjajah Santoso berorganisasi dengan para pemuda lainnya untuk membangun kekuatan melawan penindasan.