Bagaimana Cara Lahir Bayi Mempengaruhi Otaknya ? Ini Penjelasan Ahli dan Solusinya !
IST Lahiran normal ataupun operasi caesar sama-sama baik, asal orang tua tetap memberikan yang terbaik untuk buah hatinya--
BACAKORANCURUP.COM - Setiap ibu tentu ingin memberikan awal kehidupan terbaik bagi buah hatinya, sejak ia masih berada di dalam kandungan hingga akhirnya menatap dunia untuk pertama kalinya. Tak heran jika keputusan mengenai cara melahirkan sering kali menjadi momen yang penuh pertimbangan dan emosi.
Bagi sebagian ibu, melahirkan secara normal menjadi impian karena dianggap lebih alami. Namun, tak sedikit juga yang akhirnya memilih operasi caesar demi keselamatan diri maupun bayi. Apa pun pilihan atau kondisi yang terjadi, satu hal penting untuk diketahui adalah, cara bayi dilahirkan dapat memberikan pengaruh pada proses awal perkembangan otaknya.
Sebuah penelitian dari University of Edinburgh yang diterbitkan di jurnal NeuroImage mengungkap bahwa bayi yang lahir melalui operasi caesar memiliki pola aktivitas otak yang sedikit berbeda dibandingkan bayi yang lahir secara normal.
Mengapa bisa demikian ? Saat bayi lahir secara normal, ia mengalami tekanan fisik ketika melewati jalan lahir. Tekanan ini ternyata memberikan stimulasi alami pada otak, sekaligus memicu pelepasan hormon penting seperti oksitosin (hormon cinta) dan kortisol (hormon adaptasi). Kedua hormon ini membantu otak bayi beradaptasi dengan lingkungan luar rahim dan menyiapkan sistem sarafnya agar berfungsi secara optimal.
Sementara itu, pada proses operasi caesar, rangsangan hormonal dan fisik tersebut tidak terjadi secara alami. Peneliti dari Lund University di Swedia, melalui jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), menemukan bahwa bayi caesar menunjukkan aktivitas genetik yang berbeda di sel-sel otak pada hari-hari pertama setelah lahir. Perbedaan ini berkaitan dengan respons terhadap stres dan pembentukan jaringan saraf.
Namun ibu tidak perlu khawatir. Para ahli sepakat bahwa perbedaan ini bersifat sementara dan dapat dikompensasi dengan stimulasi yang tepat. Kontak kulit antara ibu dan bayi (skin-to-skin contact), pemberian ASI eksklusif, dan interaksi lembut setiap hari terbukti mampu memperkuat koneksi saraf bayi, sehingga otaknya berkembang dengan optimal seperti bayi yang lahir secara normal.
Dengan kata lain, cara bayi dilahirkan memang berperan pada tahap awal, tetapi pelukan dan kasih sayang ibu lah yang paling menentukan arah pertumbuhan otaknya.
Selain perbedaan hormonal, persalinan normal juga memberikan "hadiah alami" lain yang tak kalah penting, yaitu mikrobiota, kumpulan bakteri baik yang ditransfer dari tubuh ibu ke bayi saat proses kelahiran.
Ketika bayi melewati jalan lahir, ia terpapar oleh bakteri baik dari vagina dan kulit ibu. Bakteri inilah yang akan menetap di usus bayi, membantu membangun sistem imun, metabolisme, bahkan berperan besar dalam perkembangan otak.
Penelitian dari Karolinska Institute di Swedia menunjukkan bahwa keseimbangan mikrobiota usus sangat berkaitan dengan pembentukan koneksi saraf otak dan sistem kekebalan tubuh. Ketidakseimbangan mikrobiota bahkan dapat memengaruhi kemampuan belajar anak di masa depan.
Penelitian lain dari University of California, Los Angeles (UCLA) yang dipublikasikan di Science Translational Medicine (2019) mendapati bahwa bayi dengan keragaman mikrobiota lebih tinggi memiliki aktivitas otak yang lebih seimbang di area yang berhubungan dengan pengenalan wajah, bahasa, dan memori visual.
Namun, bayi yang lahir secara caesar tetap bisa memiliki mikrobiota sehat. ASI eksklusif memainkan peran besar di sini, karena mengandung prebiotik alami yang menjadi "makanan" bagi bakteri baik. Dengan tambahan kontak kulit ibu, lingkungan rumah yang sehat, serta nutrisi yang cukup, keseimbangan mikrobiota bayi dapat berkembang dengan baik. Jadi, walaupun bayi caesar mungkin memulai kehidupannya dengan sedikit perbedaan, cinta dan perawatan penuh kasih tetap menjadi penyeimbang terbaik.
Para ahli perkembangan anak menegaskan bahwa setelah bayi lahir, faktor lingkungan dan pengalaman sehari-harilah yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan otaknya.
Penelitian daribHarvard Center on the Developing Child memperkenalkan konsep serve and return interaction, yakni respons timbal balik antara bayi dan orang tua. Misalnya, ketika bayi mengoceh atau tersenyum, dan ibu menanggapinya dengan senyuman, bicara lembut, atau sentuhan hangat. Interaksi sederhana ini ternyata merangsang terbentuknya miliaran koneksi saraf baru di otak, terutama di bagian yang mengatur emosi, bahasa, dan memori.