Kementerian ESDM Resmi Luncurkan Peta Jalan Hidrogen Nasional

Ilustrasi Net--
BACAKORANCURUP.COM - Pada Selasa, 15 April 2025, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara resmi meluncurkan peta jalan hidrogen dan amonia nasional (RHAN).
Dalam dokumen tersebut, terdapat proyeksi jumlah kendaraan hidrogen yang akan beroperasi di Indonesia dalam beberapa dekade mendatang.
Mengacu pada informasi dari situs resmi ESDM, RHAN mencakup rencana pemanfaatan hidrogen di sektor transportasi, meliputi kendaraan listrik berbahan bakar sel (FCEV), kapal laut, dan kereta api, yang direncanakan berlangsung dari tahun 2030 hingga 2060.
Menurut proyeksi, pada tahun 2030, kebutuhan hidrogen diperkirakan mencapai 438 ton per tahun untuk mengoperasikan sekitar 3.000 unit kendaraan. Angka ini diprediksi akan meningkat drastis menjadi 530 ribu ton per tahun guna mendukung 3,6 juta unit FCEV pada tahun 2060.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menyampaikan bahwa RHAN mencakup rencana produksi dan pemanfaatan hidrogen serta amonia di dalam negeri.
"Pemerintah telah menetapkan tiga fokus utama dalam strategi pemanfaatan hidrogen: mendukung pengembangan energi terbarukan, mendorong dekarbonisasi, serta menjadikan hidrogen sebagai komoditas ekspor dan produk turunannya," ujar Eniya dalam acara Global Hydrogen Ecosystem 2025 di Jakarta Convention Center, Senayan.
Ia berharap dokumen RHAN dapat menjadi panduan bagi seluruh pihak terkait untuk mendorong pemanfaatan hidrogen dalam upaya dekarbonisasi baik di tingkat nasional maupun global.
Eniya menambahkan, bahwa terbentuknya ekosistem hidrogen membutuhkan kolaborasi dari berbagai sektor.
"Saya pribadi telah mengampanyekan pentingnya hidrogen sejak dua dekade lalu. Kini, saya bersyukur karena industri mulai menunjukkan dukungan, minat, dan kemajuan dalam mengembangkan ekosistem hidrogen," ucapnya.
Ia juga menyebut beberapa inisiatif yang telah dilakukan, seperti pembangunan sistem pengisian bahan bakar hidrogen oleh PLN di Senayan, serta fasilitas serupa oleh Toyota di Karawang. Selain itu, PLN dan Pertamina juga tengah mengembangkan produksi hidrogen, dengan PLN telah menginisiasi 22 lokasi pabrik hidrogen di wilayah Jawa dan sekitarnya.
Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Nandi Julyanto, menyatakan bahwa Indonesia berpotensi mengadopsi kendaraan hidrogen lebih cepat dibanding Jepang.
"Butuh kajian mendalam, dan menurut Prof Eniya, setidaknya perlu waktu 10 tahun sejak tahap studi. Namun semoga bisa lebih cepat," kata Nandi.
"Karena kita tidak memulai dari nol seperti Jepang. Produk dan teknologinya sudah tersedia, infrastrukturnya tinggal ditiru. Yang terpenting sekarang adalah kebijakan dan ketersediaan bahan baku. Jika itu terpenuhi, maka ekosistem hidrogen akan berjalan dengan sendirinya," tutupnya.